Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Akui Penyebaran Covid Negaranya Sudah Mustahil Dilacak, Alami Kekurangan Pasokan Medis dan Alat Uji

Kompas.com - 14/12/2022, 18:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

BEIJING, KOMPAS.com - Penyebaran Covid-19 China sekarang "tidak mungkin" dilacak, menurut otoritas kesehatan negara itu, yang juga mengumumkan telah berhenti mencatat kasus tanpa gejala dalam penghitungan harian.

Pengakuan itu datang di tengah melonjaknya kedatangan warga ke rumah sakit dan klinik, karena Covid-19 menyebar dengan cepat ke seluruh populasi setelah penghapusan strategi nol Covid secara tiba-tiba.

Pihak berwenang mendesak orang-orang untuk tidak mencari perawatan kesehatan darurat kecuali diperlukan. Mereka juga mengumumkan peluncuran vaksin Covid kedua untuk orang lanjut usia dan rentan.

Baca juga: China Diprediksi Pulih dari Pandemi Covid-19 Pertengahan 2023

Minggu lalu, pemerintah China tiba-tiba mengakhiri kebijakan nol-Covid yang ketat dan telah berlangsung lama. Langkah-langkah seperti pembatasan perjalanan dan penguncian kini dicabut.

Otoritas kesehatan juga mengakhiri pengujian massal dan pengujian rutin wajib yang merupakan pilar kebijakan ketat pengendalian wabah “Negeri Tirai Bambu” itu.

Akibatnya, laporan harian resmi yang semula menjadi ukuran penyebaran wabah menjadi semakin tidak akurat.

Pada Selasa (13/12/2-22), komisi kesehatan nasional (NHC) mengumumkan tidak akan lagi melaporkan kasus tanpa gejala. Selama sebagian besar periode pandemi di China, data itu tetap dilaporkan sebagai kelompok terpisah dan biasanya jauh lebih besar.

“Banyak pasien tanpa gejala tidak lagi berpartisipasi dalam pengujian asam nukleat,” kata NHC sebagaimana dilansir Guardian pada Rabu (14/12/2022).

“Tidak mungkin untuk secara akurat mengetahui jumlah sebenarnya dari infeksi tanpa gejala.”

Baca juga: Rumah Sakit China Kewalahan, Kekurangan Tenaga Medis Paksa yang Terinfeksi Tetap Masuk

Komisi itu secara resmi melaporkan hanya 2.291 kasus bergejala di seluruh China pada Selasa (13/12/2022), bertentangan dengan laporan dari penduduk dan layanan kesehatan tentang infeksi yang merajalela – terutama di ibu kota Beijing.

Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan sebelumnya mengatakan infeksi baru Beijing "berkembang pesat", menurut media pemerintah dilansir dari Guardian.

Outlet media resmi pemerintah China Daily melaporkan Beijing telah melihat peningkatan lebih dari enam kali lipat dalam presentasi ke rumah sakit dalam seminggu terakhir, dan 16 kali lebih banyak ke klinik demam.

Wakil Direktur Komisi Kesehatan Kota Beijing Li Ang mengatakan kepada media bahwa pada 9 Desember ada 31.000 panggilan ke layanan medis darurat, enam kali lebih banyak dari rata-rata.

Secara anekdot, penduduk menggambarkan banyak teman, keluarga, dan rekan kerja yang jatuh sakit karena Covid, salah satunya mengatakan kepada Guardian bahwa itu telah menghancurkan kota.

Baca juga: China Bersiap Cabut Aturan Penguncian Covid-19

Warga juga mengeluhkan antrean panjang di apotek dan obat flu yang habis terjual.

AFP melaporkan kemunculan pasar gelap yang kontaknya dibagikan di grup media sosial. Itu menjual alat tes cepat dan beberapa obat, tapi dengan harga yang dinaikkan oleh "dealer.".

Platform perawatan kesehatan online 111.inc telah mulai menjual perawatan oral Pfizer, Paxlovid, di pasar ritel, setelah sebelumnya hanya tersedia melalui rumah sakit.

Namun, itu pun langsung terjual habis dalam waktu setengah jam setelah dilaporkan oleh media, menurut laporan Reuters.

Pfizer mengatakan kepada Reuters bahwa pihaknya “secara aktif berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan untuk mengamankan pasokan Paxlovid yang memadai di China”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com