Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikut Forum G20, Kira Rudik Anggota Parlemen Ukraina Perjuangkan Keamanan Pangan Dunia

Kompas.com - 12/11/2022, 20:35 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

DENPASAR, KOMPAS.com - Anggota parlemen Ukraina Kira Rudik turut datang ke Bali menghadiri forum bagian dari KTT G20, untuk memperjuangkan keamanan pangan dunia.

Kira Rudik merupakan pemimpin Partai Golos yang berarti suara (voice), dan Wakil Presiden ALDE (Alliance of Liberals and Democrats for Europe) yaitu kelompok internasional dari partai-partai liberal yang duduk sebagai sebuah blok di parlemen Eropa.

Adapun Golos adalah partai liberal pertama di Ukraina yang memperjuangkan nilai-nilai seperti pasar bebas, kebebasan individu, dan kesetaraan bagi semua orang.

Baca juga: Dubes Ukraina Pastikan Zelensky Berpartisipasi dalam KTT G20

"Saya hadir di forum keamanan pangan dunia sebagai bagian dari G20 kemarin (11/11/2022)," kata Rudik kepada KOMPAS.com, Sabtu (12/11/2022).

Perempuan asal Kyiv tersebut menambahkan, diskusi yang dihadirinya membahas bagaimana perang Rusia-Ukraina harus berhenti, sehingga negaranya dapat kembali mengirim bahan pangan ke dunia seperti biasa.

"Karena perang, kami tak bisa melanjutkan pengiriman ke negara-negara membutuhkan, dan itu sangat berbahaya," imbuhnya.

Dikatakan bahwa sebelum invasi Rusia pada 24 Februari 2022, Ukraina termasuk lima besar negara penghasil biji-bijian di dunia, termasuk gandum dan biji bunga matahari.

Namun, kini pengiriman terhambat dan rawan terhenti lagi jika Rusia melanggar perjanjian ekspor gandum Ukraina.

Rusia sempat menarik diri dari kesepakatan ekspor gandum Ukraina pada akhir Oktober 2022 usai mengeklaim kapalnya diserang di Sevastopol, Laut Hitam.

Baca juga:

Kira Rudik bercerita, sebagian keluarganya adalah petani selama bertahun-tahun dan hasil panen sangat krusial bagi kelanjutan hidup mereka.

Perang Rusia-Ukraina kemudian membuat situasi berbalik, karena biji-bijian membusuk di silo akibat tidak bisa diekspor.

Ia pun sangat mendukung perjanjian ekspor gandum Ukraina, tetapi memperingatkan bahwa kesepakatan itu sangat rapuh.

"Pengiriman ke Afrika, Asia, Amerika Latin, terbatas. Rusia rawan membatalkan perjanjian seperti belum lama ini. Ini juga membuat harga pangan naik, karena kapal masuk ke medan perang."

Rudik lebih lanjut mengungkapkan, 80 persen lahan Ukraina masih bisa panen di tengah perang, tetapi tahun depan tidak bisa begitu karena sebagian dipasangi ranjau oleh Rusia atau sudah dihancurkan.

"Tahun depan isu keamanan pangan akan lebih kuat. Kita harus siap," pungkasnya,

Baca juga: Ahli Ungkap Senjata Barat yang Ampuh Tahan Serangan Rusia, Jika Habis Ukraina Terancam Diserang Seperti Suriah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Negara-negara yang Telah Lakukan Aksi Konkret Menentang Israel

Global
Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Spanyol Tolak Izin Berlabuh Kapal yang Bawa 27 Ton Bahan Peledak ke Israel, dari Mana Asalnya?

Global
Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Perjalanan Hubungan Rusia-China dari Era Soviet sampai Saat Ini

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com