LONDON, KOMPAS.com – Kekuasaan Presiden Rusia Vladimir Putin melemah akibat keputusannya untuk menyerang Ukraina.
Akan tetapi, jangan harap Putin bisa jatuh dalam waktu dekat karena sifat otokratis dari sistem politiknya.
Hal tersebut disampaikan seorang pejabat Barat yang enggan disebutkan identitasnya kepada Reuters.
Baca juga: Putin Bahas KTT G20 dengan Jokowi Lewat Telepon
Putin telah mendominasi Rusia selama hampir 23 tahun sejak Boris Yeltsin mengundurkan diri dari jabatan Presiden Rusia pada 1999.
Setelah perubahan konstitusi pada 2020, beberapa pengamat Rusia memperkirakan Putin, yang genap berusia 70 tahun pada 7 Oktober, akan memerintah hingga 2036.
Namun, invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah mengubah persepsi tersebut.
“Dia telah dilemahkan oleh kesalahan yang benar-benar dahsyat ini. Kami melihat militer Rusia ditundukkan di medan perang oleh Ukraina,” kata pejabat Barat yang enggan disebutkan namanya tersebut.
Baca juga: Ukraina Desak Undangan KTT G20 Putin Dicabut, Minta Rusia Juga Dikeluarkan
Pejabat itu menuturkan, perang justru memperkuat kenegaraan Ukraina dan mendorong perluasan lebih lanjut dari NATO sehingga melemahkan Putin.
“Orang-orang dapat melihat bahwa dia telah membuat kesalahan besar. Mereka (orang-orang Rusia) tidak memiliki Rencana B. Mereka pikir ini akan sangat mudah,” tutur pejabat tersebut.
“Itu berarti bahwa orang-orang berbicara lebih banyak tentang suksesi, mereka berbicara lebih banyak tentang apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka membayangkan kehidupan setelahnya. Tetapi apa yang tidak saya lakukan adalah memperkirakan bahwa itu akan terjadi dalam waktu dekat,” sambungnya.
Meskipun tidak mungkin ada perubahan kepemimpinan Rusia dalam waktu dekat, pejabat itu mengatakan bahwa pertengahan dekade 2020-an mulai terlihat menarik.
Baca juga: Saat Putin Mediasi Konflik Nagorno-Karabakh, Undang PM Armenia dan Presiden Azerbaijan...
Pemilihan presiden Rusia berikutnya dijadwalkan pada 2024. Putin belum mengatakan apakah dia akan mencalonkan diri lagi atau tidak.
Istana Kepresidenan Rusia alias Kremlin menolak menanggapi secara langsung atas komentar dari pejabat Barat yang enggan disebutkan idntitasnya tersebut.
Kremlin hanya menuturkan bahwa Putin sejauh ini adalah politikus paling populer di Rusia dan telah memenangi empat pemilihan presiden.
Baca juga: Putin: Tak Masuk Akal Bagi Kami Pakai Senjata Nuklir di Ukraina
Di satu sisi, Putin sudah menyampaikan bahwa dia tidak menyesal meluncurkan apa yang dia sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina.
Invasi Rusia ke Ukraina tersebut memicu Barat menjatuhkan serentetan sanksi paling berat dalam sejarah modern terhadap Moskwa.
Menanggapi sanksi Barat, Putin mengatakan Rusia beralih ke Asia, khususnya ke China, setelah berabad-abad memandang Barat sebagai wadah pertumbuhan ekonomi dan teknologi.
Baca juga: Putin: Barat Coba Dominasi Dunia, Kita di Perbatasan Sejarah
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.