MONTEVIDEO, KOMPAS.com - Pada 13 Oktober 1972, pesawat yang membawa tim rugbi amatir Uruguay bersama para kerabat dan pendukungnya, jatuh di Gunung Andes dengan 45 orang di dalamnya saat hendak bertandang ke pertandingan di Chile.
Sebanyak 16 pemuda berhasil bertahan hidup selama 72 hari, pada suhu di bawah nol derajat dan dengan makanan yang sangat sedikit.
Dua orang di antara mereka menemukan bantuan setelah 10 hari perjalanan melintasi pegunungan di salju setinggi pinggang.
Baca juga: Kisah Satu-satunya Anak yang Selamat dari Penembakan Massal Thailand, Tidak Tahu Apa yang Terjadi
Peristiwa yang disebut "Miracle of the Andes" ini terkenal di seluruh dunia ketika para penyintas mengakui bahwa mereka memakan bagian tubuh temannya yang meninggal untuk tetap hidup.
Wartawan AFP di Chile dan Uruguay meliput peristiwa dramatis tersebut yang diceritakan dalam Alive, buku best-selling yang kemudian diangkat menjadi film.
Berikut adalah rangkuman kisah korban selamat dari kecelakaan pesawat Andes 1972.
Pada malam hari tanggal 13 Oktober 1973, pesawat militer carteran yang membawa tim rugbi Old Christians dari Kota Mendoza di Argentina ke ibu kota Chile, Santiago, menghilang dari radar di dekat kota Curico di Chile.
Pesawat dari Chile, Argentina, dan Uruguay mencari pesawat itu tetapi gagal menemukan badan pesawat yang berwarna putih di tengah hamparan salju.
Setelah delapan hari, pencarian dihentikan.
Dua bulan kemudian, tepatnya pada 22 Desember 1972, dunia dihebohkan dengan berita dua orang selamat. Nando Parrado dan Roberto Canessa berhasil keluar dari gunung dengan berjalan kaki untuk mencari pertolongan.
“Mereka melihat pengendara hewan mule (sejenis keledai/kuda) saat mengikuti sungai yang berkelok-kelok di sekitar kaki gunung. Karena kelelahan, mereka melemparkan batu ke seberang air menuju lelaki itu, dengan pesan tertulis di selembar kertas kemudian berdoa sambil menunggu untuk diselamatkan," lapor AFP.
Pesan itu berbunyi, "Saya datang dari pesawat yang jatuh di pegunungan. Saya orang Uruguay. Kami telah berjalan selama 10 hari ... Di dalam pesawat ada 14 orang yang terluka. Kami harus segera keluar dari sini, dan kami tidak tahu bagaimana. Kami tidak punya makanan. Kami lemas. Kapan Anda bisa datang dan menjemput kami? Tolong, kami bahkan tidak bisa berjalan. Di mana kami?"
Sang pengendara mule pun mengatur penyelamatan dan bantuan, yang datang dengan cepat juga untuk rekan-rekan mereka yang kekurangan gizi parah. Mereka dijemput dari gunung dengan helikopter dalam dua hari.
Baca juga:
Parrado dan Canessa bercerita, pesawat tersesat di pegunungan kemudian menabrak punggung bukit lalu meluncur menuruni gletser dan mendarat di tumpukan salju, menewaskan 13 orang termasuk pilot dan kopilot, serta melukai beberapa orang lainnya yang meninggal kemudian.
Mereka menggambarkan perjuangan bertahan hidup di ketinggian hampir 4.000 meter, tinggal di badan pesawat dan mengais-ngais di salju untuk mencari akar serta ramuan yang dijuluki "rumput keledai" setelah persediaan makanan habis.