Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Gereja Jadi Jembatan Kerukunan di Bosnia

Kompas.com - 05/09/2022, 08:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

Penulis: VOA Indonesia

BUGOJNO, KOMPAS.com - Puluhan tahun setelah pertempuran berdarah antara umat Katolik dan Islam meluluhlantakkan Kota Bugojno di Bosnia, sebuah gereja baru yang memberi kesempatan langka untuk menjembatani kerukunan setelah perpecahan yang dalam di negara Balkan itu.

Sebuah gereja Katolik di Kota di Bosnia Tengah, Bugojno, dibangun di lahan yang disumbangkan oleh Husen Smajic. Warga muslim berusia 68 tahun itu menyumbangkan lahan tersebut setelah menemukan fondasi gereja abad pertengahan di propertinya.

Bagi Smajic, pembangunan gereja baru itu merupakan langkah kecil dalam upaya membangun kembali kerukunan masyarakat yang umum ditemukan di Bosnia sebelum perang pada akhir 1990-an.

Baca juga: Mengenang Pembantaian Srebrenica yang Menewaskan 8.000 Muslim Bosnia...

“Saya melakukan semua ini agar warga dapat melihat bahwa kita dapat hidup bersama dengan baik. Tidak akan ada keindahan hidup di sini tanpa pembauran komunitas. Inilah kekayaan kita," kata Smajic mengatakan kepada kantor berita AFP.

Sewaktu Yugoslavia bubar, Bosnia dililit perang saudara yang kejam. Warga Ortodoks Serbia, Katolik Kroasia, dan muslim Bosnia saling diadu dalam konflik yang menewaskan sekitar 100.000 orang.

Bugojno sangat terpukul selama perang yang ditandai dengan pembersihan etnis, pengungsian massal dan berbagai kekejaman yang dilakukan semua pihak. Sebagian besar warga Katolik Kroasia, sekitar sepertiga lebih dari 47.000 warga Bugojno, diusir oleh pasukan muslim Bosnia.

Hampir tiga dekade kemudian, perpecahan yang diperburuk oleh konflik nyaris tidak berubah. Ketiga kelompok masyarakat utama Bosnia jarang sekali berbaur.

Baca juga: Rencana Jokowi ke Rusia-Ukraina dan Kenangan Kunjungan Soeharto Saat Bosnia Dirundung Perang

Suatu kesepakatan perdamaian yang berhasil mengakhiri perang telah membuat negara itu terpecah dan dikuasai oleh partai-partai politik etnoreligi yang memanfaatkan perpecahan untuk mempertahankan kekuasaan. Dengan sedikitnya peluang ekonomi di dalam negeri, ratusan ribu orang pindah negara lain untuk mengupayakan masa depan yang lebih baik dan lebih stabil.

Bosnia yang terpecah seperti itu sangat menyakitkan bagi orang-orang seperti Smajic, yang beristrikan seorang Katolik. Sebelum perang, kawin campur biasa ditemukan di seantero Bosnia, tetapi kini semakin jarang.

Umat Katolik Bosnia berkumpul untuk berdoa selama upacara pembukaan gereja Katolik yang baru dibangun di Bugojno, pada 2 Agustus 2022.AFP/ELVIS BARUKCIC via VOA INDONESIA Umat Katolik Bosnia berkumpul untuk berdoa selama upacara pembukaan gereja Katolik yang baru dibangun di Bugojno, pada 2 Agustus 2022.

Penemuan gereja abad pertengahan di lahannya – yang kemungkinan besar dihancurkan pada abad ke-15 selama invasi Ottoman ke Bosnia – dianggap Smajic sebagai kesempatan baik.

Setelah mendonasikan sebagian propertinya untuk Gereja Katolik, Smajic memberi panduan untuk membantu menuntaskan proyek itu. Ini membuktikan bahwa berbagai komunitas di negara itu masih dapat bekerja sama untuk membangun.

Baca juga: Luhut Sambut Kunjungan Menlu Bosnia, Ini yang Dibahas

Smajic, yang memiliki usaha penggergajian kayu dan dua pembangkit listrik tenaga air kecil di dekat sana, membiayai sebagian besar pembangunan gereja itu.

Sementara itu, anggota masyarakat Kroasia, muslim, dan Serbia menyumbangkan uang dan pasokan lainnya.

Dalam acara pemberkatan gereja pertengahan Agustus lalu ratusan orang menghadiri acara tersebut dan kemeriahan yang mengiringinya, termasuk pesta pangang sosis dan tarian tradisional Bosnia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com