Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Kehilangan Lumba-lumba Sungai Yangtze Akibat Perubahan Iklim, Spesies Lainnya Terancam

Kompas.com - 19/09/2022, 21:32 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber CNN

BEIJING, KOMPAS.com - China kehilangan lumba-lumba Sungai Yangtze, atau yang kerap disebut “Dewi Yangtze,” makhluk yang sangat langka sehingga dipercaya membawa keberuntungan dan perlindungan bagi nelayan setempat dan semua orang yang cukup beruntung untuk melihatnya.

Penangkapan ikan yang berlebihan dan aktivitas manusia mendorongnya ke ambang kepunahan dan belum pernah terlihat dalam beberapa dekade.

“Baiji, atau lumba-lumba Sungai Yangtze, adalah makhluk unik dan cantik ini – tidak ada yang seperti itu,” kata Samuel Turvey, ahli zoologi dan konservasionis Inggris yang menghabiskan lebih dari dua dekade di China untuk mencoba melacak keberadaan hewan tersebut.

Baca juga: Gelombang Panas China, Warga Bawa Balok Es ke Kantor dan Ngadem di Bunker

Hewan itu ada selama puluhan juta tahun dan berada di keluarga mamalianya sendiri. Ada lumba-lumba sungai lain di dunia tetapi menurutnya mamalia di sungai ini sangat berbeda, jadi tidak ada hubungannya dengan yang lain.

"Kematiannya lebih dari sekadar tragedi spesies lain - itu adalah hilangnya keanekaragaman sungai yang sangat besar dalam hal betapa uniknya sungai itu dan meninggalkan lubang besar di ekosistem," kata Turvey sebagaimana dilansir CNN pada Minggu (18/9/2022).

Para ahli menyatakan keprihatinan serius bahwa spesies hewan dan tumbuhan asli Yangtze yang langka lainnya kemungkinan akan mengalami nasib yang sama dengan lumba-lumba sungai baiji, karena memburuknya perubahan iklim dan kondisi cuaca ekstrem berdampak pada sungai terpanjang di Asia.

China bergulat dengan gelombang panas terburuk dalam catatan dan Yangtze, sungai terpanjang ketiga di dunia, mengering.

Dengan curah hujan di bawah rata-rata sejak Juli, ketinggian airnya telah jatuh ke rekor terendah 50 persen dari tingkat normalnya untuk sepanjang tahun ini, memperlihatkan dasar sungai yang retak dan bahkan mengungkap keberadaan pulau-pulau yang terendam.

Baca juga: Patung-patung Buddha Kuno Muncul dari Dasar Sungai Yangtze China Usai Kekeringan Parah Melanda

Kekeringan telah berdampak buruk pada sungai paling penting di China, yang membentang sekitar 6.300 kilometer (3.900 mil) dari dataran tinggi Tibet ke Laut China Timur dekat Shanghai dan menyediakan air, makanan, transportasi, dan pembangkit listrik tenaga air ke lebih dari 400 juta warganya.

Dampaknya bagi manusia sangat besar. Pabrik-pabrik ditutup untuk melestarikan listrik dan pasokan air untuk puluhan ribu orang telah terpengaruh.

Kurang dibicarakan, kata para ahli, adalah dampak lingkungan yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem terkait pada ratusan satwa liar dan spesies tumbuhan yang dilindungi dan terancam yang hidup di dalam dan sekitar sungai.

“Yangtze adalah salah satu sungai yang paling kritis secara ekologis di dunia untuk keanekaragaman hayati dan ekosistem air tawar – dan kami masih menemukan spesies baru setiap tahun,” kata ahli ekologi konservasi Hua Fangyuan, asisten profesor dari Universitas Peking.

Menurutnya di ekosistem itu “banyak dari ikan kecil yang diketahui dan tidak diketahui, serta spesies air lainnya yang kemungkinan besar menghadapi risiko kepunahan secara diam-diam dan kami tidak cukup tahu.”

Baca juga: Setengah China Dilanda Kekeringan, Sentuh Dataran Tinggi Tibet

Ratusan spesies terancam

Selama bertahun-tahun para konservasionis dan ilmuwan telah mengidentifikasi dan mendokumentasikan ratusan spesies hewan dan tumbuhan liar asli Yangtze.

Di antara mereka adalah lumba-lumba tanpa sirip Yangtze yang, mirip dengan baiji, menghadapi kepunahan karena aktivitas manusia dan hilangnya habitat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com