Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Isu Australia Jadi Republik, Ini Jawaban PM Albanese

Kompas.com - 15/09/2022, 14:34 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

CANBERRA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Anthony Albanese pada Kamis (15/9/2022) buka suara tentang isu Australia menjadi negara republik.

Ia berujar, prioritasnya sekarang adalah mengadakan referendum tentang hak-hak politik masyarakat adat, bukan untuk mencopot raja sebagai kepala negara.

Pemimpin Partai Buruh kiri-tengah itu adalah pendukung republik, tetapi enggan terseret ke dalam perdebatan setelah Ratu Elizabeth II wafat.

Baca juga: Raja Charles III Naik Tahkta, Negara Persemakmuran Mana Saja yang Ingin Memisahkan Diri?

Sebaliknya, Albanese mengatakan bahwa dia fokus pada referendum yang direncanakan untuk memberikan hak kepada masyarakat adat agar dapat berkonsultasi dengan anggota parlemen mengenai hal-hal yang mempengaruhi mereka. Referendum ini disebut Voice to Parliament atau Suara untuk Parlemen.

"Saya ingin warga Australia berkonsentrasi pada Voice to Parliament," katanya kepada stasiun tv nasional ABC ketika ditanya mengapa negara itu tidak dapat mempertimbangkan masa depannya di bawah monarki selama masa jabatan tiga tahun pertama Albanese.

Australia adalah koloni Inggris selama lebih dari 100 tahun. Negara tersebut merdeka pada 1901 tetapi mempertahankan raja sebagai kepala negaranya.

Pada 1999, warga Australia secara tipis memilih untuk tidak mencopot Ratu Elizabeth II dari status kepala negara.

Namun, beberapa pendukung republik menolak mencopot ratu dengan alasan menentang model baru yang diusulkan karena penggantinya akan dipilih oleh anggota parlemen, bukan publik.

Baca juga: Kenapa Indonesia Tidak Masuk Negara Persemakmuran meski Pernah Dijajah Inggris?

Jajak pendapat menjelang referendum 1999 dan sebelum Ratu Elizabeth II meninggal menunjukkan sebagian besar warga Australia mendukung negaranya menjadi republik.

"Mendapatkan perubahan konstitusi di negara ini sangat sulit," kata Albanese merujuk pada pemungutan suara 1999.

"Gagasan bahwa Anda akan melakukan banyak debat sekaligus, menurut saya, tidak layak dan saya sudah memperjelas prioritas saya," lanjutnya dikutip dari kantor berita AFP.

Isu Australia menjadi republik diangkat kembali sejak Albanese terpilih sebagai perdana menteri awal tahun ini, menggantikan pemerintah konservatif yang lebih mendukung monarki.

Albanese kemudian langsung menunjuk "menteri republik" pertama di Australia dan menyarankan agar referendum lain dapat diadakan ke depannya.

Baca juga: Pangeran Charles Tak Akan Halangi Negara Persemakmuran Lepas dari Monarki

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com