Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Insiden Bom Mobil di Moskwa Diklaim Terkait dengan Upaya Penggulingan Rezim Putin

Kompas.com - 22/08/2022, 11:33 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

KYIV, KOMPAS.com - Seorang mantan anggota Duma Rusia yang diusir karena kegiatan anti-Kremlin mengeklaim bahwa partisan Rusia diduga berada di balik insiden bom mobil di Moskwa, yang menewaskan putri salah satu sekutu dekat Vladimir Putin.

Berbicara di Kyiv, tempat dia bermarkas, Ilya Ponomarev menuduh ledakan pada Sabtu (20/8/2022) malam adalah pekerjaan Tentara Nasional Republik (NRA).

Dia mengklaim bahwa kelompok itu merupakan gerakan bawah tanah yang bekerja di dalam Rusia dan didedikasikan untuk menggulingkan rezim Putin.

Baca juga: Putri Sekutu Dekat Putin Tewas dalam Ledakan Mobil

The Guardian yang melaporkan berita ini belum memverifikasi keaslian klaim Ponomarev. Sementara komentator Rusia menyalahkan Ukraina atas serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kyiv.

“Tindakan ini, seperti banyak tindakan partisan lainnya yang dilakukan di wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir, dilakukan oleh Tentara Nasional Republik (NRA),” kata Ponomarev sebagaimana dilansir Guardian pada Minggu (21/8/2022).

Dia berbicara dalam siaran jam 7 malam pada February Morning, saluran TV oposisi berbahasa Rusia yang diluncurkan di Kyiv awal tahun ini.

“Sebuah peristiwa penting terjadi di dekat Moskwa tadi malam. Serangan ini membuka halaman baru dalam perlawanan Rusia terhadap Putinisme. Baru – tapi bukan yang terakhir,” tambahnya.

Ledakan itu menewaskan Darya Dugina (30 tahun), putri dari komentator politik Rusia dan ideolog sayap kanan Alexander Dugin. Keduanya telah diberi sanksi oleh Inggris dan AS karena terlibat atas invasi Rusia ke Ukraina.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-179 Serangan Rusia ke Ukraina, Rudal Kalibr Hantam Gudang Roket Kyiv, Putri Sekutu Putin Tewas

Ponomarev mengatakan partisan di dalam Rusia siap melakukan serangan serupa lebih lanjut terhadap target profil tinggi yang terhubung dengan Kremlin, termasuk pejabat, oligarki, dan anggota badan keamanan Rusia.

Mantan deputi itu membacakan apa yang dianggap sebagai manifesto NRA: “Kami menyatakan Presiden Putin sebagai perampas kekuasaan dan penjahat perang yang mengamandemen Konstitusi, melancarkan perang saudara antara orang-orang Slavia dan mengirim tentara Rusia ke kematian yang pasti dan tidak masuk akal.

“Kemiskinan dan peti mati bagi sebagian orang, istana bagi sebagian lainnya – inti dari kebijakannya. Kami percaya bahwa orang yang kehilangan haknya memiliki hak untuk memberontak melawan tiran. Putin akan digulingkan dan dihancurkan oleh kami!”

Baca juga: Putin ke Macron: Serangan ke PLTN Zaporizhzhia Dapat Sebabkan Bencana Besar

Ponomarev mengonfirmasi komentarnya dalam pesan yang dikirim melalui teks.

Sebagai seorang anggota sayap kiri parlemen Rusia, dia adalah satu-satunya wakil rakyat yang memberikan suara pada 2014 menentang pencaplokan Krimea.

Kremlin kemudian membalas dengan mencekalnya ketika dia dalam perjalanan ke AS untuk memasuki kembali negaranya sendiri. Ponomarev lalu menjadi warga negara Ukraina pada 2019.

Pada Maret, setelah invasi ke Ukraina, dia meluncurkan February Morning dan Rozpartisan, saluran Telegram yang memberikan pembaruan berita tentang aksi anti-perang di kota-kota Rusia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com