Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ASEAN: Superman Pun Tak Bisa Selesaikan Krisis Myanmar

Kompas.com - 06/08/2022, 12:43 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

PHNOM PENH, KOMPAS.com - Utusan khusus ASEAN Prak Sokhonn pada Sabtu (6/8/2022) mengatakan, Superman pun tidak akan bisa memecahkan krisis Myanmar.

Prak Sokhonn merupakan utusan ASEAN untuk menengahi krisis Myanmar. Komentarnya diucapkan pada akhir satu minggu pertemuan para menteri luar negeri Asia Tenggara di Phnom Penh, Kamboja.

Myanmar dilanda kekacauan sejak kudeta pada Februari 2021. Jumlah korban tewas akibat tindakan brutal militer terhadap pengunjuk rasa sejauh ini mencapai 2.100, menurut kelompok pemantau lokal.

Baca juga: Menlu AS Kritik ASEAN karena Kurang Tegas Tanggapi Masalah Myanmar

Upaya ASEAN yang beranggotakan 10 negara sejauh ini belum membuahkan hasil untuk meredakan krisis Myanmar.

Pada Jumat (5/8/2022), ASEAN dalam pernyataan bersama mengakui kurangnya kemajuan di sekitar lima poin rencana resolusi krisis Myanmar.

Prak Sokhonn yang sudah dua kali ke Myanmar sejak terjadi kudeta, juga tidak bisa memberi jaminan kemajuan besar dalam jangka pendek.

"Saya hanya utusan khusus, saya bukan Superman," katanya kepada wartawan di Phnom Penh, Sabtu (6/8/2022).

"Saya pikir bahkan Superman tidak bisa menyelesaikan masalah Myanmar," lanjutnya dikutip dari kantor berita AFP.

Aung San Suu Kyi setelah menghadiri pemakaman mantan ketua partai National League for Democracy (NLD) Aung Shwe di Yangon, Myanmar, 17 Agustus 2017.AFP Aung San Suu Kyi setelah menghadiri pemakaman mantan ketua partai National League for Democracy (NLD) Aung Shwe di Yangon, Myanmar, 17 Agustus 2017.
Amarah ASEAN bertambah karena menuding para jenderal Myanmar menghalang-halangi rencana perdamaian, terutama setelah eksekusi empat tahanan pada bulan lalu--termasuk dua tokoh pro-demokrasi terkemuka.

Rencana ASEAN yang disepakati pada April 2021 menyerukan diakhirinya segera kekerasan dan dialog antara militer dan gerakan anti-kudeta.

Baca juga:

"Masalah tidak dapat diselesaikan dengan satu pertemuan, dua pertemuan, pertemuan bertahun-tahun," terang Prak Sokhonn yang juga Menteri Luar Negeri Kamboja.

"Negosiasi memakan waktu bertahun-tahun, seperti masalah di Myanmar. Setelah dua kunjungan utusan khusus, baru dua kunjungan, beberapa orang mulai kehilangan kesabaran dan meminta hasil," tambahnya.

Ia kemudian menyiratkan kemungkinan kunjungan ketiga ke Myanmar pada awal September 2022, tergantung pada kemajuan rencana lima poin.

"Terutama jika--dan saya mengatakannya dengan jelas, di depan umum--jika lebih banyak eksekusi dilakukan, maka segala sesuatunya harus dipertimbangkan kembali," kata Prak Sokhonn.

ASEAN juga menekankan bahwa Prak Sokhonn harus diizinkan bertemu semua pemangku kepentingan yang relevan, menyinggung keputusan junta memblokade akses ke pemimpin terguling Myanmar yaitu Aung San Suu Kyi.

Awal pekan ini, Malaysia yang mendesak tindakan lebih keras, mengindikasikan bahwa Myanmar dapat teranca, penangguhan dari ASEAN jika para negara anggota tidak melihat kemajuan menjelang KTT para pemimpin.

Baca juga: Krisis Myanmar Berlarut-larut, Keanggotannya di ASEAN Perlu Ditangguhkan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Pria Rusia Dituntut karena Mewarnai Rambutnya Kuning, Biru, dan Hijau

Global
Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com