RIYADH, KOMPAS.com - Arab Saudi menerapkan kuota haji sistem undian khusus jemaah untuk wilayah tertentu, sehingga memicu kemarahan umat muslim di wilayah yang terdampak.
Sistem baru itu hanya diterapkan bagi ribuan calon jemaah haji dari sekitar 50 negara di Eropa, Australia, dan Amerika.
Baca juga: Arab Saudi Rawat 43.000 Jemaah Haji 2022, Termasuk Lakukan Operasi Jantung
Kementerian Haji Arab Saudi pada Juni lalu mengumumkan bahwa umat Islam dari tiga benua itu harus mengajukan permohonan tiket haji dengan harga tetap melalui sistem undian lewat situs web Motawif yang didukung pemerintah.
Sistem baru ini disebut bertujuan untuk melindungi jemaah dari penyelenggara tur "palsu", yang menawarkan visa haji dengan beragam harga, baik via online maupun offline.
Namun, langkah itu juga mengesampingkan agen perjalanan haji yang sudah beroperasi lama, yang telah menjual tiket untuk musim haji 2022. Sistem ini mulai diberlakukan pada 7 Juli.
"Setelah pandemi dan semua yang telah kita lalui beberapa tahun terakhir, saya merasa perlu untuk menghidupkan kembali hubungan saya dengan Tuhan,” kata Omar, seorang pria Lebanon yang tinggal di Amerika Serikat dan telah mengajukan visa haji melalui sebuah agen perjalanan online yang berbasis di AS.
Kepada DW yang mewartakan hal ini, Omar meminta agar nama lengkapnya tidak dipublikasikan, karena dia khawatir akan konsekuensi negatif pada aplikasi haji di masa depan.
Baca juga: Suhu Maksimum Arab Saudi Saat Musim Haji 2022 Lebih Panas dari Indonesia
Ketika Arab Saudi beralih ke sistem baru melalui undian, Omar menarik kembali permohonannya. "Tapi saya masih belum menerima konfirmasi pengembalian dana," paparnya.
Beberapa calon jemaah haji yang menggunakan sistem undian lewat Motawif menyebutkan, sistem baru ini memberikan lebih banyak masalah daripada sistem sebelumnya.
Umumnya para calon jemaah haji telah membayar paket haji mereka sekitar 6.000 dolar AS (sekitar Rp 90 juta).
Di Twitter, banyak yang mencurahkan kemarahan mereka tentang pengalamannya menggunakan tagar #PaidButFailed.
Permasalahannya serupa, antara lain pembayaran yang tidak berhasil, status aplikasi yang belum dikonfirmasi, tanggal penerbangan dan akomodasi yang tidak cocok, perubahan hotel, dan fakta bahwa hotline pelanggan pada dasarnya tidak tersedia.
Baca juga: Arab Saudi Cabut Aturan Wajib Hijab, Kenapa Banyak Wanita Pilih Potong Rambut Pendek Gaya “Boy”
Sebelum sistem baru menjadi wajib bagi umat Islam di Eropa, Australia, dan Amerika, sudah banyak yang tidak kebagian kuota haji. Jumlah tiket yang dialokasikan selalu proporsional dengan populasi muslim di negara tertentu.
Di tahun-tahun pandemi, jumlah orang yang diizinkan untuk beribadah haji berkurang secara signifikan.
Jumlah umat muslim yang diizinkan dari negara-negara di Asia dan Timur Tengah berkurang, bahkan warga Saudi hanya diizinkan dalam kapasitas terbatas.