Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Pria Dihukum Mati di Belarus, Dituduh Ledakan Jalur Rel untuk Hambat Pasukan Rusia ke Ukraina

Kompas.com - 01/07/2022, 15:40 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

MINSK, KOMPAS.com - Tiga orang di Belarus akan menghadapi hukuman mati karena pengkhianatan tingkat tinggi, setelah diduga berusaha menghambat kemajuan pasukan Valdimir Putin melalui negara itu pada awal invasi Rusia ke Ukraina.

Ketiga pria tersebut, yang dikenal sebagai "partisan kereta api", tidak disebutkan namanya. Tetapi mereka dikatakan masing-masing berusia 29, 33, dan 51 tahun.

Baca juga: Kepada Jokowi, Putin Tawarkan Russian Railways Bangun Infrastruktur IKN Nusantara

Ketiganya telah dicap sebagai "teroris" dan "pengkhianat" oleh jaksa Belarus, sebagaimana dilansir Newsweek pada Kamis (30/6/2022).

Rezim Belarus menuduh mereka pengkhianatan tingkat tinggi karena diduga merusak jalur kereta api dalam upaya untuk menghentikan pasokan persenjataan dan peralatan Rusia dari transit melalui Belarus ke Ukraina.

Mereka saat ini menghadapi tuduhan makar dan terorisme dari rezim Presiden Belarus Alexander Lukashenko, yang telah berkuasa sejak 1994 dan merupakan sekutu dekat Putin.

Lukashenko, yang dikenal sebagai diktator terakhir di Eropa, bahkan mengizinkan Rusia untuk menggunakan teritorinya sebagai area pementasan bagi beberapa pasukan Rusia sejak awal invasi Ukraina, saat pasukan Rusia berusaha merebut ibu kota Kyiv.

Pada akhir Mei 2022, Lukashenko menandatangani undang-undang, yang membuat setiap upaya untuk melakukan "aksi teroris" akan "dihukum mati."

Komite Investigasi Republik Belarus dalam sebuah pernyataan pada Rabu (29/6/2022) menyatakan "Penyelidikan kasus pidana terhadap orang-orang yang melakukan aksi terorisme di kereta api telah selesai.”

Baca juga: Putin Ungkap Minat Rusia Kembangkan Industri Tenaga Nuklir di Indonesia

“Direktorat Utama Penyidikan Kejahatan di Bidang Kejahatan Terorganisir dan Korupsi telah menyelesaikan penyelidikan kasus pidana terhadap pengkhianat Tanah Air.”

Lebih lanjut dikatakan bahwa menurut penyelidikan, seorang penduduk Svetlogorsk berusia 29 tahun pada Februari tahun ini, atas inisiatifnya sendiri, bergabung dengan formasi ekstremis “BYPOL” (rencana mobilisasi Peramoga).

Pemimpin dari kelompok itu diklaim telah menerima tugas untuk melumpuhkan infrastruktur kereta api di wilayah Gomel, Belarus.

"Administrator komunitas kriminal mengirimi instruksi terperinci kepada pria itu, tentang cara membuat alat (peledak) dan cara melakukan kejahatan, serta rekomendasi tentang tindakan konspirasi.”

Pria itu dituduh menawarkan kepada teman-temannya untuk bergabung dengan komunitas kriminal tersebut. Dua pria (berusia 33 tahun dan 51 tahun) menyetujui tawarannya.

Untuk memotivasi mereka melakukan kejahatan, perwakilan kelompok ekstremis disebut membayar semua biaya untuk persiapan, dan juga mentransfer uang "untuk pekerjaan yang dilakukan' ke dompet elektronik.

Secara total, para terdakwa dituduh mendapat bayaran sebesar 290 dollar AS (Rp 4,3 juta).

Baca juga: Ukraina Mulai Pasok Listrik ke Eropa, Akan Ambil Pasar Energi yang Ditinggalkan Rusia?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com