Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dubes China: Kedaulatan dan Integritas Teritorial Semua Negara, Termasuk Ukraina, Harus Dihormati

Kompas.com - 17/03/2022, 23:01 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Duta Besar China untuk Amerika Serikat (AS) bersikeras bahwa kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina harus dihormati, dalam komentar terbaru dari utusan Beijing terkait serangan Rusia ke Ukraina.

Dalam sebuah tulisan kolom opini di Washington Post pada Selasa (15/3/2022), Qin Gang berusaha mengklarifikasi posisi Beijing dalam perang Putin, dan mengatakan bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina tidak baik untuk China.

Baca juga: AS Pasang Peluncur Rudal Patriot di Polandia Hanya 80,4 Km dari Perbatasan Ukraina

China, kata dia, akan mencoba mencegah 'krisis yang akan segera terjadi', seandainya mereka mengetahui rencana Kremlin sebelumnya.

Dia memperingatkan bahwa tujuan dan prinsip Piagam PBB harus dipatuhi sepenuhnya. Artinya, “kedaulatan dan integritas teritorial semua negara, termasuk Ukraina, harus dihormati”.

“Masalah keamanan yang sah dari semua negara harus ditanggapi dengan serius. Semua upaya yang kondusif untuk penyelesaian krisis secara damai harus didukung,” tulis Gang sebagaimana dilansir Daily Mail pada Rabu (16/3/2022).

Moskwa dan Beijing semakin dekat belakangan ini, dalam apa yang dilihat Washington sebagai peningkatan aliansi permusuhan dari kekuatan nuklir otoriter.

Beijing menolak untuk langsung mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan abstain dari pemungutan suara di PBB yang menyerukan agresi Rusia bulan lalu.

Baca juga: Berkembang Signifikan, Perundingan Rusia-Ukraina Rancang 15 Poin Kesepakatan Damai

“Negeri Tirai Bambu” memainkan hubungan diplomatik yang sulit sejak dimulainya perang pada 24 Februari. Maksudnya untuk menjaga hubungan perdagangan penting dengan Rusia, yang sekarang menghadapi kesulitan ekonomi yang serius akibat sasaran sanksi.

Tapi komentar terakhir Gang tampaknya menunjukkan dukungan Beijing untuk Putin goyah.

Dalam tulisannya, Gang mengungkap bahwa ada lebih dari 6.000 warga China di Ukraina ketika perang pecah.

China, mitra dagang terbesar Rusia dan Ukraina, menurutnya juga akan mendapatkan sedikit manfaat ekonomi dari perang antara kedua negara.

Selain itu China sendiri merupakan importir minyak mentah dan gas alam terbesar di dunia, pasar yang terkena sanksi Barat.

"Pernyataan bahwa China mengetahui, menyetujui atau secara diam-diam mendukung perang ini adalah murni informasi yang salah," tegasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa Beijing sedang melakukan 'upaya nyata' untuk perdamaian.

Baca juga: 5 Senjata Baru Ukraina dari Amerika, Total Senilai Rp 14,3 Triliun

Akan tetapi pada kesempatan yang sama, Gang kemudian menekankan soal "kebijakan satu China", dan pandangan China bahwa pulau demokratis Taiwan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari negaranya.

"Ukraina adalah negara berdaulat, sementara Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China," kata Gang, menyebut pandangan alternatif selain itu sebagai separatis.

“Pertanyaan Taiwan adalah urusan internal China,” tegasnya.

Gang memperingatkan agar tidak menggunakan sanksi sebagai senjata terhadap bisnis China, sambil secara bersamaan mencari dukungan untuk bangsanya. Dia menambahkan bahwa ancaman terhadap entitas dan bisnis China tidak dapat diterima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Diduga Coba Tembak Pendeta Saat Khotbah, Seorang Pria Ditangkap

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com