MARIUPOL, KOMPAS.com - Pasukan Rusia telah memasuki rumah sakit terbesar di kota Mariupol, Ukraina selatan, dan mencegah dokter dan pasien meninggalkan gedung, kata wakil wali kota itu.
Sergei Orlov mengatakan kepada BBC, sekitar 400 orang di Rumah Sakit Perawatan Intensif Regional telah disandera.
Baca juga: Menantang Konflik, Banyak Perempuan Ukraina Pilih Kembali ke Negaranya
Selama hampir dua minggu, kota itu telah dikepung oleh pasukan Rusia dengan gas, air mengalir, dan listrik terputus.
Pihak berwenang setempat mengatakan, setidaknya 2.500 kematian telah dikonfirmasi di kota itu.
"Kami menerima informasi bahwa tentara Rusia merebut rumah sakit terbesar kami," kata Orlov, sebagaimana dilansir BBC pada Selasa (15/3/2022).
Dalam sebuah unggahan di Facebook, gubernur wilayah Donetsk, Pavlo Kirilenko, mengatakan, seorang pekerja rumah sakit telah memperingatkan pihak berwenang tentang situasi tersebut.
Rumah sakit itu, katanya, sama dengan yang dirusak oleh serangan Rusia pekan lalu. Lima orang tewas.
Mariupol adalah pusat dari krisis kemanusiaan yang berkembang karena makanan dan persediaan medis habis dan bantuan tidak diizinkan masuk. Kota ini terus-menerus diserang oleh Rusia, dengan sekitar 350.000 penduduk terperangkap.
Baca juga: Presiden Zelensky: Pembicaraan Damai Rusia-Ukraina Lebih Realistis
Pada Selasa (15/3/202), baru sekitar 2.000 orang berhasil meninggalkan Mariupol, kata dewan setempat, dan 2.000 lainnya menunggu untuk pergi.
Namun, tidak ada bantuan yang diizinkan masuk.
Kondisi Ukraina terkini khusus di kota pelabuhan Mariupol, ratusan orang juga berdesakan di ruang bawah tanah sebuah gedung publik besar.
Wilayah yang terkepung ini kehabisan makanan, dengan banyak juga yang membutuhkan bantuan medis mendesak.
"Beberapa telah mengembangkan sepsis dari pecahan peluru di dalam tubuh," kata Anastasiya Ponomareva, seorang guru berusia 39 tahun yang melarikan diri dari kota pada awal perang, tetapi masih berhubungan dengan teman-teman di sana.
Teman-teman Ponomareva bersama keluarga lain di ruang bawah tanah gedung. Mereka semua telah meninggalkan rumah yang tidak lagi aman atau tidak lagi berdiri.
The coastal city of Mariupol, Ukraine had a population similar to Miami before the war. 2,500 residents have now been killed, officials say pic.twitter.com/7Afonu1Bdo
— Lucas Tomlinson (@LucasFoxNews) March 14, 2022
Baca juga: Slovakia Setuju Penempatan 2.100 Tentara NATO di Wilayah Perbatasan dengan Ukraina
"Orang-orang yang berhasil bersembunyi di tempat penampungan bawah tanah pada dasarnya tinggal di sana secara permanen," kata Ponomareva dari kota barat Drohobych, tempat dia tinggal. "Mereka praktis tidak bisa pergi sama sekali."