Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darurat Polusi Plastik: Udara yang Kita Hirup Mengandung Mikroplastik

Kompas.com - 23/01/2022, 22:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Laporan dari Badan Investigasi Lingkungan (EIA) menunjukkan bahwa polusi plastik telah mencapai tahap darurat global, sehingga dibutuhkan perjanjian PBB yang mengikat untuk mengatasinya.

EIA berpendapat, ancaman polusi plastik hampir setara dengan perubahan iklim.

Udara yang kita hirup saat ini telah mengandung partikel mikroplastik, begitu juga tanah hingga makanan kita.

Baca juga: Koleksi 10 Ribu Kantong Plastik Tua, Wanita Ini Pecahkan Rekor Dunia

Pada Agustus 2019, tim peneliti menemukan partikel plastik turun bersama salju di Samudera Arktika.

Sementara itu, di Thailand, sekitar 20 gajah mati setelah memakan sampah plastik dari tempat pembuangan.

Laporan EIA mendesak agar negara-negara di dunia menyepakati perjanjian PBB yang mengikat untuk mengurangi produksi limbah plastik.

"Kita berhadapan dengan detik jam yang mematikan, yang terus menghitung mundur dengan cepat," kata Tom Gammage dari EIA.

"Apabila polusi ini terus berlanjut, jumlah plastik di lautan akan melebihi berat seluruh ikan pada 2040," tutur dia.

Baca juga: 20 Gajah di Sri Lanka Mati Setelah Makan Sampah Plastik

Perlu kesepakatan PBB

PBB mengidentifikasi tiga ancaman yang muncul dari persoalan lingkungan yang perlu diselesaikan bersama yakni perubahan iklim, hilangnya keragaman hayati, serta polusi.

Berbagai kesepakatan multilateral terkait hilangnya keanekaragaman hayati dan lingkungan telah muncul dalam 30 tahun terakhir, meski kesepakatan itu gagal mengurangi emisi karbondioksida untuk menjaga lingkungan.

Beberapa waktu belakangan, muncul usulan di sejumlah negara untuk membuat kesepakatan yang khusus menyoroti persoalan plastik.

Lebih dari 100 negara, termasuk Inggris, mendukung perjanjian tersebut diusulkan pada Majelis Lingkungan PBB pada Februari dan Maret mendatang.

Sejumlah sumber mengatakan sikap beberapa pihak yang menentangnya juga melemah, meski masih ada perdebatan mengenai seberapa ketat perjanjian itu. Misalnya, apakah perjanjian itu akan mengikat secara hukum atau bersifat sukarela.

Baca juga: AS Penyumbang Sampah Plastik Terbesar di Dunia, Melebihi Gabungan Se-Eropa

Ilustrasi sampah plastik.BBC INDONESIA Ilustrasi sampah plastik.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah mengumumkan bahwa AS mendukung kesepakatan global terkait plastik yang sebelumnya ditentang oleh pendahulunya, Donald Trump.

Tetapi, belum jelas apakah Biden bisa mendapat dukungan kongres terkait hal itu. Sebab sebagian besar plastik terbuat dari minyak dan gas, dua komoditas yang diproduksi di AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com