Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pejabat China Mengaku Kesulitan Menyediakan Makanan di Xi'an yang Lockdown Ketat

Kompas.com - 30/12/2021, 12:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Pejabat China mengakui pada Rabu bahwa mereka menghadapi tantangan untuk mendapatkan pasokan yang cukup bagi penduduk di Xi'an yang diharuskan lockdown ketat.

Respons itu disampaikan setelah penduduk kota mulai menyuarakan kesulitannya di media sosial. Mereka mengeluh tidak memiliki cukup makanan dan meminta bantuan.

Baca juga: Tsunami Covid-19 Melanda Dunia, Kasus-kasus di Eropa dan AS Pecahkan Rekor

Tiga belas juta penduduk di Xi'an utara berada di hari ketujuh kurungan rumah.

Pejabat kesehatan nasional sementara itu telah menyerukan penerapan langkah-langkah lanjutan yang lebih ketat, ketika China memerangi lonjakan virus terburuk dalam beberapa bulan.

Beijing mengikuti strategi ketat "nol Covid" yang melibatkan pembatasan-perbatasan yang ketat, dan penguncian sektoral sejak virus pertama kali muncul di pusat kota pada akhir 2019.

Melansir AFP pada konferensi pers Rabu (29/12/2021), para pejabat China mengaku "hanya sedikit staff yang tersedia dan kesulitan dalam logistik dan distribusi", sehingga kesulitan menyediakan pasokan penting, terlebih negara itu menghadapi kebangkitan infeksi Covid-19.

Sehari sebelumnya, banyak warga meminta bantuan di media sosial untuk mendapatkan makanan dan kebutuhan lainnya. Beberapa mengatakan bahwa kompleks perumahan mereka tidak akan membiarkan mereka keluar, meskipun mereka kehabisan makanan.

Baca juga: Pelanggar Aturan Covid-19 di China Diarak dengan Plakat Foto dan Nama Mereka

Pejabat Xi'an Chen Jianfeng mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah daerah telah memobilisasi perusahaan untuk meningkatkan distribusi masyarakat, dengan kader mengawasi pasar grosir dan supermarket.

"Kami mencoba yang terbaik untuk membantu masalah jumlah staf, dan mengeluarkan izin untuk kendaraan yang menjamin pasokan kebutuhan," katanya.

Namun ada juga yang masih kesulitan dengan perbekalan.

"Bagaimana kita hidup? Apa yang kita makan?" tulis seorang pengguna di platform Weibo yang mirip Twitter.

"Beberapa hari yang lalu, kami bisa keluar sekali untuk membeli bahan makanan, tetapi itu telah dibatalkan ... semua aplikasi bahan makanan online terjual habis atau di luar jangkauan pengiriman," tambah pengguna tersebut.

Baca juga: Perancis Catat 208.000 Kasus Baru Covid-19, Tertinggi sejak Pandemi Dimulai

Kota itu meningkatkan tindakan lockdown pada Senin (27/12/2021). Banyak penduduk diberitahu untuk tidak meninggalkan rumah mereka kecuali untuk pengujian virus, setelah sebelumnya diberitahu bahwa mereka dapat keluar setiap tiga hari sekali untuk membeli persediaan.

Pihak berwenang sebelumnya bersikeras bahwa pasokan tetap stabil, karena mereka mempertahankan kontrol ketat pergerakan masuk dan keluar dari Xi'an.

Kota ini telah mencatat lebih dari 960 kasus virus domestik sejak 9 Desember.

Meskipun lonjakan di China rendah dibandingkan dengan kasus yang merajalela di Eropa dan Amerika Serikat, pejabat China memberlakukan apa yang mereka sebut pembatasan "terketat" di Xi'an.

Pihak berwenang juga telah menahan setidaknya tujuh orang di kota itu karena berusaha melewati karantina, mengganggu ketertiban, dan menyebarkan desas-desus, kata media setempat.

Wabah itu terjadi saat Beijing bersiap menyambut ribuan pengunjung luar negeri ke Olimpiade Musim Dingin Februari.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Pemungutan Suara di Paris Bikin Pulau Milik Perancis di Pasifik Mencekam, Mengapa?

Internasional
Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Rangkuman Hari Ke-813 Serangan Rusia ke Ukraina: Xi Jinping dan Putin Buat Kesepakatan | Zelensky Akui Situasi Sulit di Kharkiv 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com