Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Melunak, Bantuan Kemanusiaan Mulai Dibuka untuk Masyarakat Afghanistan

Kompas.com - 23/12/2021, 20:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

KABUL, KOMPAS.com - Amerika Serikat melonggarkan pembatasannya pada bantuan kemanusiaan utama yang mencapai Afghanistan yang dilanda kelaparan, dan membebaskan sebagian besar bantuan dari ancaman sanksi sesuai resolusi dewan keamanan PBB.

Melansir Guardian pada Rabu (22/12/2021), Kementerian Keuangan AS menindaklanjuti resolusi PBB, dengan memperluas definisi bantuan kemanusiaan yang diizinkan yakni memasukkan unsur pendidikan, termasuk pembayaran gaji kepada guru.

Baca juga: Negara Mayoritas Muslim Berkumpul, Bahas Bantuan untuk Afghanistan

Washington juga mengizinkan penggunaan dana AS yang lebih luas yang diterima oleh organisasi bantuan yang bekerja di Afghanistan.

AS telah mencoba menggunakan bantuan sebagai alat untuk memaksa Taliban, yang merebut kekuasaan pada Agustus, untuk tidak menekan hak-hak perempuan, termasuk akses ke pendidikan.

Tetapi kelompok-kelompok bantuan mengatakan upaya untuk menekan Taliban yang dilakukan AS justru berisiko membuat rakyat Afghanistan biasa kelaparan.

Badan-badan bantuan selama berbulan-bulan mengeluhkan sanksi AS, yang terus menerus tanpa syarat, terhadap para pemimpin dan entitas Taliban. Itu berarti tidak mungkin memberikan bantuan ke Afghanistan yang dikelola Taliban melalui saluran perbankan normal.

Tetapi resolusi PBB yang didukung AS mengklarifikasi bahwa bantuan untuk meringankan kebutuhan kemanusiaan tidak perlu diperlakukan sebagai uang yang ditujukan kepada Taliban.

Baca juga: Nilai Mata Uang Afghanistan Anjlok, Bank Sentral Berjuang Pastikan Stabilitas

Detail resolusi yang lebih cermat telah menjadi subjek negosiasi panjang di New York. Sebagian diselesaikan dengan kesepakatan bahwa mekanisme tersebut akan ditinjau setelah satu tahun, dan mencakup persyaratan pelaporan yang ketat.

Resolusi tersebut menyatakan bantuan kemanusiaan dan kegiatan lain yang mendukung kebutuhan dasar manusia di Afghanistan tidak melanggar sanksi.

“Tetapi lembaga bantuan sangat disarankan untuk menggunakan upaya yang wajar, untuk meminimalkan manfaat yang diperoleh entitas yang terkena sanksi (Taliban).”

Masih harus dilihat bagaimana Kementerian Keuangan AS akan mengawasi rezim yang tidak terlalu ketat, dan seberapa cepat uang di Bank Dunia dan dana perwalian PBB yang disisihkan untuk Afghanistan dapat dikeluarkan.

AS tidak mungkin melepaskan hingga 9 miliar dollar AS (Rp 127 triliun) aset Afghanistan yang dibekukan, karena ini akan diambil oleh Taliban.

Adapun upaya negara-negara seperti Qatar untuk membujuk Taliban, agar melonggarkan larangan perempuan bekerja dan anak perempuan pergi ke sekolah, sebagian besar tidak membuahkan hasil.

Baca juga: Ketika Sabu dan Heroin Jadi Solusi Kelaparan di Afghanistan

Martin Griffiths, wakil sekjen PBB untuk urusan kemanusiaan, menyambut baik resolusi tersebut.

“Keputusan ini akan memungkinkan tindakan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa, dan mata pencaharian di Afghanistan. Ini adalah bukti betapa seriusnya negara-negara anggota menangani tingkat kebutuhan dan penderitaan yang mengejutkan di negara ini.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com