Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suruh Guru Berebut Pungut Uang Tunai di Lantai, Acara Amal Jadi Viral

Kompas.com - 14/12/2021, 17:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Video dari sebuah acara amal menjadi viral dan dikritik secara online karena dinilai sebagai aksi yang merendahkan dan sangat mengerikan. 

Sebuah tim hoki dan bank yang menjadi sponsornya pun akhirnya mengeluarkan permintaan maaf secara resmi.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Murid Pukul Guru karena Lapar | Detik-detik Penembakan SMA Oxford

Acara "Dash for Cash" pada Sabtu (11/12/2021) memperlihatkan gambar sejumlah guru berlomba memungut uang kertas 1 dollar AS (Rp 14.330) dari lantai dalam arena hoki dan diminta memasukkan uang itu ke dalam pakaian mereka dalam waktu kurang dari lima menit.

Para pendidik, yang juga tergolong sebagai pekerja dengan bayaran terendah di AS, mengatakan mereka berniat menghabiskan uang yang didapat dari perlombaan itu untuk perlengkapan sekolah.

Pada Senin (13/12/2021), tim hoki lokal dan bank yang menyumbangkan uang tersebut meminta maaf.

"Meskipun niat kami adalah untuk memberikan pengalaman yang positif dan menyenangkan bagi para guru, kami dapat melihat bagaimana hal itu tampaknya merendahkan dan menghina guru yang berpartisipasi dan profesi guru secara keseluruhan,” tulis pernyataan Sioux Falls Stampede dan bank CU Mortgage Direct yang mensponsori acara tersebut melansir BBC.

"Kami sangat menyesal dan meminta maaf kepada semua guru atas rasa malu yang mungkin ditimbulkan."

Penyelenggara menambahkan bahwa mereka menerima pelamar dari 31 guru dan secara acak menarik 10 pengajar untuk tampil sebagai promosi. Setiap guru menerima setidaknya 500 dollar AS (Rp 7,1 juta).

Baca juga: Oknum Guru Ini Kirim Video Porno ke Muridnya yang Masih di Bawah Umur

Mereka menambahkan bahwa masing-masing guru "diprofilkan dan diperkenalkan sebelum acara". Mereka masing-masing sekarang akan menerima tambahan 500 dollar AS lagi, dan 500 dollar AS lainnya akan diberikan kepada 21 guru lainnya yang tidak terpilih.

Para guru memberitahu surat kabar Argus Leader bahwa mereka akan menghabiskan uang itu untuk meja atau kamera, yang akan mereka gunakan untuk mengunggah materi pengajaran secara online.

Para kritikus membandingkan acara tersebut dengan acara Netflix Korea yang terkenal, Squid Games, di mana para pesaing bertarung sampai mati untuk mendapatkan hadiah uang tunai.

Yang lain mengutuknya sebagai sangat "memalukan" dan menunjukkan banyak hal yang perlu dilakukan untuk para guru dalam masa pandemi.

Menurut surat kabar itu, guru South Dakota dibayar rata-rata 49.000 dollar AS per tahun. Bayaran itu membuat mereka tergolong sebagai pekerja yang dibayar paling rendah di “Negeri Paman Sam”.

Sementara itu guru di AS juga sering dituntut untuk menggunakan uang mereka sendiri untuk alat pengajaran di kelas.

Baca juga: Hampir 2 Tahun Tak Bertemu, Guru Bahasa Indonesia di Canberra Kumpul di Pusat Kebudayaan Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Kebun Binatang di China Warnai 2 Anjing Jadi Mirip Panda, Tarik Banyak Pengunjung tapi Tuai Kritik

Global
Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Meski Rafah Dievakuasi, Hamas Tetap Lanjutkan Perundingan Gencatan Senjata

Global
Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Rusia Ungkap Tujuan Putin Perintahkan Latihan Senjata Nuklir dalam Waktu Dekat

Global
Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Pria Ini Menyamar Jadi Wanita agar Terhindar Penangkapan, tapi Gagal

Global
Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Cerita Wartawan BBC Menumpang Kapal Filipina, Dikejar Kapal Patroli China

Global
Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Putin Perintahkan Pasukan Rusia Latihan Senjata Nuklir di Dekat Ukraina

Global
Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Israel Dorong 100.000 Warga Sipil Palestina Tinggalkan Rafah Timur, Apa Tujuannya?

Global
Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Fakta-fakta di Balik Demo Mahasiswa AS Tolak Perang di Gaza

Global
Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Hezbollah Tembakkan Puluhan Roket Katyusha ke Pangkalan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com