Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Desak Taliban Agar Lebih Ramah Terhadap Negara Tetangga Afghanistan

Kompas.com - 28/10/2021, 19:30 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

TEHERAN, KOMPAS.com - Menteri luar negeri Iran meminta Taliban untuk mengadopsi pendekatan yang “lebih ramah", selama pertemuan Rabu (27/10/2021) bersama enam negara tetangga Afghanistan, untuk menentukan "peta jalan" setelah pengambilalihan Kabul.

Pertemuan itu diadakan dua bulan setelah para militan menyapu kekuasaan di Kabul. Agenda ini dihadiri para menteri luar negeri Pakistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Turkmenistan di Teheran. Sementara China dan Rusia bergabung melalui video-link.

Baca juga: Gambar Pertemuan Taliban dan Delegasi Asing Picu Kemarahan, Disebut “Pesta Sosis”

"Sangat penting Taliban mengadopsi pendekatan yang ramah terhadap tetangganya, dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk meyakinkan mereka bahwa tidak ada ancaman kepada para (negara) tetangganya dari Afghanistan," kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melansir AFP pada Rabu (27/10/2021).

"Saya berharap kita dapat melukis gambaran yang lebih jelas tentang realitas Afghanistan, dan harapan negara-negara tetangga yang paling terpengaruh oleh perkembangan di negara itu, dan mengembangkan peta jalan."

Afghanistan berada di puncak krisis kemanusiaan di mana lebih dari setengah warga negaranya dapat menghadapi kekurangan makanan "akut" musim dingin ini, menurut peringatan dari badan-badan PBB pada Senin (25/10/2021).

Menghadiri rapat dengan tautan video, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan "Kita harus menemukan cara untuk menghindari kehancuran total ekonomi Afghanistan ... dan untuk membantu warga negara itu bertahan".

Baca juga: China: Taliban Ingin Berdialog dengan Seluruh Dunia

Wakil presiden pertama Iran Mohammad Mokhber memperingatkan dihadapi negara-negara tetangga atas situasi di Afghanistan yang kini dikuasai Taliban.

"Jika tidak ada solusi yang ditemukan sesegera mungkin untuk mengendalikan dan mengelola krisis ekonomi di Afghanistan, krisis itu pasti akan bergerak melampaui batas Afghanistan dan memengaruhi tetangganya dan dunia," katanya.

Iran, yang berbagi perbatasan 900 kilometer (560 mil) dengan Afghanistan, tidak mengakui Taliban selama 1996 hingga 2001 dalam kekuasaan.

Tetapi Teheran telah menampakkan diri untuk melunakkan sikap kerasnya dalam beberapa waktu terakhir, atas nama pragmatisme.

"Republik Islam Iran menegaskan pembentukan pemerintah inklusif dengan kehadiran dan partisipasi yang efektif dari semua kelompok etnis dan agama di Afghanistan, berdasarkan dialog antar-Afghanistan tanpa campur tangan aktor asing," kata Amir-Abdollahian.

Guterres dalam pidatonya menyorot perlunya inklusivitas "dan pemerintahan yang representatif, yang menghormati hukum humaniter internasional".

Baca juga: Taliban Bunuh 3 Milisi ISIS saat Baku Tembak

Taliban membentuk kabinet yang sepenuhnya pria, dari anggota kelompoknya dan hampir secara eksklusif dari pashtun etnis.

Afghanistan kini juga memberikan hak-hak perempuan yang sangat terbatas untuk bekerja dan belajar, sehingga mendorong kecaman internasional secara luas.

"Taliban harus memainkan peran yang tak terbantahkan dalam memastikan keamanan, melawan terorisme dan menghormati hak-hak kelompok beragam, termasuk perempuan," kata Amir-Abdollahian.

Dia menambahkan Taliban harus bekerja pada "memberikan kebutuhan dasar warga Afghanistan, mengakhiri penyalahgunaan minoritas etnis dan agama, mengatasi masalah yang membuat gelombang perpindahan penduduk dan menghormati hukum internasional".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com