SYDNEY, KOMPAS.com - Transgender pengusaha top asal Malaysia, Nur Sajat, menceritakan alasan kepindahannya ke Australia dan perpisahan yang ia sebut "cerai" dengan negara asalnya.
Saat diwawancarai AFP pada Rabu (20/10/2021), Nur Sajat berkata dia aman, bahagia, dan bebas di Australia.
Nur Sajat adalah jutawan yang menjalankan bisnis kosmetik. Dia bercerita, para petugas Australia berjanji membantunya menetap di negara itu.
Baca juga: Nur Sajat Jual Semua Bisnisnya di Malaysia dan Pindah ke Australia
"Australia memilihku... karena kasusku. Jadi aku tidak mengajukan (suaka) ke negara lain mana pun," katanya kepada AFP dalam wawancara video dari lokasi yang dirahasiakan.
"Aku diintimidasi dan dilecehkan (di Malaysia). Pemerintah Australia menyadari ini," lanjutnya.
Nur Sajat awal tahun ini didakwa akibat mengenalan pakaian perempuan dalam sebuah acara keagamaan pada 2018, padahal terlahir sebagai laki-laki.
Ia kemudian didakwa pada Januari 2021 di pengadilan Islam di luar Kuala Lumpur, karena dianggap melanggar hukum syariah.
Pengadilan mengeluarkan surat perintah penangkapan Nur Sajat pada Februari setelah dia tidak hadir di sidang, sehingga menjadi buron.
Nur Sajat terancam hukuman tiga tahun penjara jika terbukti bersalah.
Dia juga menghadapi tuduhan terpisah karena menghambat kerja dan mengancam seorang pegawai negeri, yang dia bantah.
Baca juga: Nur Sajat, Transgender Pengusaha Top Malaysia Dikabarkan Minta Suaka ke Australia
Nur Sajat melanjutkan, para petugas Australia terus berkomunikasi dengannya tetapi tidak mengungkapkan bagaimana dia melakukan perjalanan ke negara itu dari Thailand awal bulan ini.
Adapun Departemen Dalam Negeri Canberra tidak mengomentari kasus individu karena masalah privasi.
Nur Sajat (36) berkata, dia melarikan diri ke Thailand awal tahun ini karena merasa dilecehkan dan diperlakukan tidak manusiawi oleh pejabat agama di Malaysia.
Dia ditangkap oleh pihak berwenang Thailand pada September 2021, karena paspor yang tidak valid dan kemudian dibebaskan dengan jaminan.
"Melarikan diri adalah keputusan terakhir saya karena saya tidak merasakan kebahagiaan. (Saya) tidak bebas," katanya.