Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Singapura Melonjak, Buruh Migran Dilarang Berbaur dengan Publik

Kompas.com - 02/10/2021, 20:05 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

SINGAPURA, KOMPAS.com - Sarker Dilip warga negara Banglades tertular Covid-19 saat bekerja di Singapura tahun lalu, tapi menganggap dirinya masih beruntung.

Pria berusia 32 tahun itu melakukan perjalanan ke Dhaka, ibu kota Banglades pada awal pandemi, sebelum aturan ketat diberlakukan yang membatasi pergerakan 300.000 pekerja dan buruh asing di Singapura.

"Saya beruntung karena saya sempat pulang ke rumah selama 15 hari untuk menghadiri pernikahan saudara laki-laki saya dan bisa kembali ke Singapura Maret lalu," katanya kepada ABC.

Baca juga: Meroket Tanpa Henti, Kasus Harian Covid-19 Singapura Tembus 2.000

"Tapi banyak orang yang sudah lama tidak bisa pulang dan masih di Singapura dan tidak bisa ke mana-mana."

Selain tidak diizinkan terbang pulang selama pandemi, buruh migran seperti dirinya dilarang berbaur dengan warga saat bekerja di Singapura, setelah angka penularan melonjak di negara itu.

Dibangun pada tahun 2006, Asrama Jurong Penjuru memiliki 945 unit untuk tenaga kerja asing Singapura.DOK SARKER DILIP via ABC INDONESIA Dibangun pada tahun 2006, Asrama Jurong Penjuru memiliki 945 unit untuk tenaga kerja asing Singapura.
Mereka dibatasi untuk mengunjungi tempat kerja dan asrama, karena khawatir mereka menyebarkan virus corona.

Meskipun sudah 82 persen populasi menerima dua dosis vaksin, Kementerian Kesehatan Singapura mencatat 2.236 kasus Covid-19 baru pada Rabu (29/9/2021), jumlah tertinggi sejak awal pandemi, dengan 515 kasus penularan terjadi di asrama pekerja migran.

Setelah membuka kembali perbatasannya, karena menjadi salah satu negara yang paling banyak divaksinasi di dunia, Singapura harus menerapkan kembali pembatasan ketat, meski kasus penyakit parah dan kematian tetap relatif rendah, dengan hanya tercatat 85 kematian dari total populasi 5,7 juta orang.

Tetapi dengan 30 kematian yang dilaporkan bulan ini, pihak berwenang minggu ini memangkas jumlah orang yang boleh bertemu, yakni dari lima orang menjadi dua, termasuk untuk makan di restoran.

Sarker, yang bekerja di sebuah pabrik dekat Bandara Changi dan tinggal di asrama di Jurong mengatakan kenangan perjalanan pulang tahun lalu membantunya melewati masa-masa sulit.

Baca juga: Kasus Covid-19 Singapura Pecah Rekor, Lansia Diminta Tidak Kunjungi Rumah Ibadah

Dia tertular Covid-19 pada April 2020, beberapa minggu setelah kembali dari Dhaka.

Dengan gejala tak terlalu parah, Sarker tidak perlu dirawat di rumah sakit, hanya saja melakukan isolasi dalam waktu yang lama.

Berada di Singapura sejak 2008, pria berusia 32 tahun ini memiliki gaji pokok sekitar Rp 10 juta per bulan tetapi bisa juga Rp 17 juta bila ia bekerja lembur.

Sarker mengirimkan uang setiap bulan kepada istrinya Trishna, yang tinggal di dekat Dhaka.
DOK SARKER DILIP via ABC INDONESIA Sarker mengirimkan uang setiap bulan kepada istrinya Trishna, yang tinggal di dekat Dhaka.
Sarker mengirimkan kembali sebagian besar pendapatannya kepada istrinya, Trishna, yang menghidupi putri mereka yang berusia tiga tahun, Rodrihe, di rumah mereka di dekat Dhaka.

Setelah menerima dua dosis vaksin Moderna, dia mengatakan pembatasan pergerakannya membuat dia dan rekan-rekannya di Singapura sedih.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com