Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB Peringatkan Korea Utara Memulai Kembali Program Nuklir dengan Kecepatan Penuh

Kompas.com - 21/09/2021, 20:04 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Daily Mail

NEW YORK, KOMPAS.com - PBB memperingatkan Korea Utara memulai kembali program nuklir dengan kecepatan penuh dengan sebuah reaktor menghasilkan plutonium untuk nuklir.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) bulan lalu memperingatkan aktivitas di sekitar reaktor lima megawatt di kompleks nuklir utama negara itu di Yongbyon.

Baca juga: Gambar Satelit Tangkap Aktivitas Korea Utara Memperluas Fasilitas Nuklir Yongbyon

Reaktor ini menghasilkan plutonium, salah satu dari dua bahan utama yang digunakan untuk membuat bom bersama dengan uranium yang diperkaya.

“Di Republik Demokratik Rakyat Korea, program nuklir berjalan dengan kecepatan penuh dengan bekerja pada pemisahan plutonium, pengayaan uranium dan kegiatan lainnya,” kata Kepala IAEA Rafael Grossi melansir Daily Mail pada Senin (20/9/2021).

Korea Utara pekan lalu meluncurkan rudal balistik dari belakang kereta api dalam unjuk kekuatan terbarunya, setelah Korea Selatan melakukan peluncuran pertama yang sukses dari rudal balistik yang diluncurkan kapal selam (SLBM).

Sementara itu, Pyongyang mendukung sekutunya China dengan memperingatkan bahwa pakta keamanan baru antara AS, Inggris dan Australia, dapat memicu “perlombaan senjata nuklir”.

Kementerian luar negeri Kim Jong Un mengecam aliansi Aukus sebagai aliansi yang akan “mengganggu keseimbangan strategis di kawasan Asia-Pasifik dan memicu rantai perlombaan senjata nuklir.”

Hubungan strategis baru, Inggris dan AS, sepakat untuk berbagi teknologi kapal selam nuklir dengan Australia.

Kesepakatan itu dilihat secara luas sebagai upaya untuk melawan ekspansi China di Laut China Selatan. Sementara Beijing adalah salah satu dari sedikit sekutu Korea Utara di kawasan itu.

Baca juga: Korea Utara: AS Punya Standar Ganda Soal Rudal

Korea Utara menangguhkan pengujian bom nuklir dan rudal balistik jarak antarbenua yang dapat menghantam daratan AS pada 2018, ketika Kim memulai diplomasi dengan mantan Presiden AS Donald Trump.

Kim Jong Un disaat yang sama mencoba memanfaatkan pengendalian persenjataannya untuk keringanan sanksi yang sangat dibutuhkan.

Negosiasi nuklir antara Washington dan Pyongyang terhenti sejak runtuhnya pertemuan Trump-Kim kedua pada 2019.

Saat itu AS menolak tuntutan Korea Utara untuk bantuan sanksi besar dengan imbalan pembongkaran fasilitas nuklir yang sudah tua. Pasalanya itu sama saja dengan penyerahan sebagian kemampuan nuklir Korea Utara.

Korea Utara terus menguji senjata jarak pendek, mengancam sekutu AS, Korea Selatan dan Jepang dalam upaya nyata untuk menekan pemerintahan Biden atas diplomasi yang terhenti.

Pekan lalu, Korea Utara menguji coba rudal jelajah baru yang pada akhirnya akan dipersenjatai dengan hulu ledak nuklir. Dilakukan juga demonstrasi sistem baru untuk meluncurkan rudal balistik dari kereta api.

Halaman:

Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com