Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasangan di Swedia Dilarang Menamai Anak Mereka Vladimir Putin

Kompas.com - 10/09/2021, 19:37 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Daily Mail

STOCKHOLM, KOMPAS.com - Pasangan di Swedia dilaporkan dilarang memberikan nama anak mereka Vladimir Putin oleh dinas pajak setempat.

Orangtua baru itu mendaftarkan nama anak mereka sesuai dengan Presiden Rusia itu ke dinas pajak berdasarkan aturan yang berlaku.

Baca juga: Bayi Afghanistan yang Lahir di Pesawat Evakuasi AS Dinamai Reach, Sesuai Kode Penerbangan

Di sana, nama bisa dilarang jika mengandung makna yang menyinggung atau memberikan ketidaknyamanan bagi si empunya.

Dilansir Daily Mail Jumat (10/9/2021), otoritas pajak Swedia tidak menyampaikan alasan nama Vladimir Putin ditolak.

Media lokal SR melaporkan, dengan terpaksa pasangan itu kembali ke dinas kependudukan dan memberikan nama yang baru.

Badan pajak Swedia sebelumnya sudah menolak jika ada yang menamai anak mereka Allah, Ford, Michael Jackson, Pilzner, Q, dan Token.

Kisah yang sama terjadi pada 2007, di mana badan pajak Swedia melarang sepasang suami istri menamai anak mereka Metallica.

Namun, pengadilan memutuskan membatalkan larangan tersebut. Ada juga kisah anak yang dinamai Google oleh orangtuanya.

Pada 2019, nama yang populer di negara Skandinavia tersebut adalah Lucas, dengan nama terpopuler kedua adalah Liam, ketiga William.

Sementara untuk perempuan, nama yang paling banyak dipakai oleh orangtua di sana adalah Alice, disusu, Olivia, dan Astrid.

Baca juga: Ditemukan Kuburan Janin Hasil Aborsi, Tertulis Nama Ibunya dan Dinamai Taman Malaikat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com