HONG KONG, KOMPAS.com - Presiden China Xi Jinping mengeluarkan janji baru yang berani, untuk mendistribusikan kembali kekayaan di negara dengan menambah lebih banyak tekanan pada warga negara dan bisnis terkayanya.
Xi mengatakan kepada para pemimpin tinggi dari Partai Komunis China yang berkuasa, bahwa pemerintah harus membangun sistem untuk mendistribusikan kembali kekayaan demi kepentingan "keadilan sosial," menurut ringkasan pidato yang diterbitkan oleh Xinhua, kantor berita resmi negara pada Selasa (18/8/2021).
Baca juga: Kekhawatiran Rusia hingga China Setelah Kembalinya Taliban di Afghanistan
Menurutnya, China "perlu mengatur pendapatan yang terlalu tinggi secara wajar, dan mendorong orang dan perusahaan berpenghasilan tinggi mengembalikan lebih banyak ke masyarakat."
Artikel Xinhua tidak memasukkan banyak rincian tentang bagaimana Xi berharap untuk mencapai tujuan ini, tetapi mengindikasikan bahwa Beijing dapat mempertimbangkan perpajakan atau cara lain untuk mendistribusikan kembali pendapatan dan kekayaan.
Xi bahkan menyebut perlunya "kemakmuran bersama" di antara orang-orang China sebagai hal penting bagi Partai untuk mempertahankan kekuasaan, dan mengubah negara itu menjadi negara yang "berkembang penuh, kaya dan kuat" pada 2049, peringatan 100 tahun keberadaan Republik Rakyat China (RRC).
"Kemakmuran bersama adalah kemakmuran semua orang. Bukan kemakmuran segelintir orang," kata Xi selama pertemuan pemimpin ekonomi, yang diselenggarakan setiap beberapa bulan untuk menentukan kebijakan melansir CNN pada Rabu (18/8/2021).
Baca juga: Gara-gara Twit Senator AS Ini, China Ancam Perangi Taiwan
Frasa itu membawa banyak makna sejarah di China, dan penggunaan Xi dalam konteks redistribusi kekayaan mengingatkan kembali penggunaannya pada masa Mao Zedong.
Kebijakan itu juga dilakukan China di pertengahan akhir abad sebelumnya, ketika mantan pemimpin Komunis saat itu menganjurkan reformasi ekonomi yang dramatis, untuk mengambil alih kekuasaan dari tuan tanah dan petani kaya, elite pedesaan.
Mao memerintah “Negeri Tirai Bambu” melalui transformasi dan pergolakan ekonomi dan sosial yang besar. Kematiannya pada 1976 menandai berakhirnya Revolusi Kebudayaan.
Setelah itu, China memulai dekade liberalisasi ekonomi di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping.
Deng mengadopsi penggunaan frasa "kemakmuran bersama", ketika negara itu menyusupkan pasar bebas dalam ekonomi sosialis China, dan membuka negara komunis terbesar di dunia itu ke Barat.
Kepada delegasi kunjungan eksekutif perusahaan AS pada 1985, Mantan pemimpin China itu terkenal karena mengatakan "beberapa daerah dan beberapa orang bisa menjadi kaya terlebih dahulu, dan kemudian memimpin dan membantu daerah dan orang lain (menjadi kaya), dan secara bertahap (kita) mencapai kemakmuran bersama."
Selama bertahun-tahun, China bertransisi dari negara miskin menjadi ekonomi terbesar kedua di dunia dan salah satu kekuatan terbesarnya dalam bisnis dan teknologi.
Pertumbuhannya yang cepat dapat membantunya menyalip Amerika Serikat sebagai ekonomi terbesar dunia dalam satu dekade.
Baca juga: Gara-gara Twit Senator AS Ini, China Ancam Perangi Taiwan
Pada 2019 sektor swasta negara itu dan jumlah kekayaannya meledak, jumlah orang kaya China melampaui jumlah orang kaya Amerika untuk pertama kalinya.