Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden Tegaskan Dukungan ke Afghanistan, Gelontorkan Bantuan Rp 1,4 Triliun

Kompas.com - 24/07/2021, 13:37 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menegaskan dukungannya untuk pemerintah Afghanistan.

Biden mengatakan hal tersebut pada Jumat (23/7/2021) selama panggilan telepon dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Penegasan Biden tersebut disampaikan Gedung Putih dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir DW.

Baca juga: Taliban: Tidak Ingin Monopoli Afghanistan, Hanya Presiden Ashraf Ghani Harus Dicopot

Gedung Putih melaporkan, Biden mengatakan bahwa pemerintahannya akan terus memberikan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kepada rakyat Afghanistan.

Bantuan tersebut disalurkan bersamaan dengan bantuan keuangan untuk pasukan keamanan Afghanistan.

Biden dan Ghani juga dilaporkan mengkritik serangan Taliban yang sedang berlangsung secara masif di negara itu.

Baca juga: Afghanistan Bantah Taliban Kuasai 90 Persen Perbatasan Negara

"Presiden Biden dan Presiden Ghani sepakat bahwa serangan Taliban saat ini bertentangan langsung dengan klaim gerakan itu untuk mendukung penyelesaian konflik yang dirundingkan," kata Gedung Putih.

Sejak pasukan AS dan sekutunya ditarik dari Afghanistan, Taliban melancarkan serangan kilat dan menduduki banyak wilayah di negara tersebut.

Pada Jumat, Afghanistan juga menyuarakan keprihatinannya bahwa angkatan udaranya masih tidak cukup untuk menghadapi serangan tersebut.

Baca juga: Penerjemah Afghanistan untuk Pasukan AS Ini Dipenggal Taliban

Gedung Putih mengizinkan bantuan migrasi

Selain itu, pemerintahan Biden pada Jumat mengesahkan bantuan hingga 100 juta dollar AS (Rp 1,4 triliun) untuk membantu para migran di Afghanistan.

Saat ini, AS tengah mengevakuasi beberapa warga Afghanistan ke luar negeri karena mereka bekerja dengan pemerintah AS dan menghadapi bahaya karena kerja sama mereka.

Orang-orang Afghanistan ini menerima visa imigrasi khusus untuk tinggal di AS.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri AS juga mengkritik serangan Taliban terhadap para penerjemah dari Afghanistan serta mengutuk kelompok tersebut atas penghancuran infrastruktur vital.

Baca juga: Di Tengah Penarikan, AS Masih Bantu Afghanistan Lawan Taliban dengan Serangan Udara

Taliban minta Ghani harus mundur

Meskipun AS mendukung pemerintah Ghani, Taliban mengatakan kepada Associated Press pada Jumat bahwa pemimpin Afghanistan tersebut harus mundur jika menginginkan perdamaian abadi di negara itu.

Kelompok itu mengatakan, pihaknya hanya akan menghentikan serangannya jika Ghani mundur dan pemerintahan yang baru didirikan.

"Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak percaya pada monopoli kekuasaan karena pemerintah mana pun yang (berusaha) untuk memonopoli kekuasaan di masa lalu, bukanlah pemerintah yang berhasil," kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen.

"Jadi, kami tidak ingin mengulangi formula yang sama," imbuh Suhail.

Baca juga: Waspadai Pertempuran di Afghanistan, Tajikistan Gelar Latihan Militer Terbesar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Kebakaran di Apartemen Hanoi, 14 Orang Tewas

Global
Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Putri Remajanya Marah, Ayah Ini Berlutut Minta Maaf Tak Mampu Belikan iPhone

Global
Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Rangkuman Hari Ke-820 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Izinkan Penyitaan Aset AS | Polandia dan Yunani Serukan UE Ciptakan Perisai Pertahanan Udara

Global
Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Saat Ratusan Ribu Orang Antar Presiden Iran Ebrahim Raisi ke Tempat Peristirahatan Terakhirnya...

Global
Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com