Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan Baru AS Bebaskan Warga Pilih Jenis Kelamin Sendiri di Paspor

Kompas.com - 02/07/2021, 10:12 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber ABC News

WASHINGTON, KOMPAS.com - Warga Amerika Serikat saat ini bisa memilih jenis kelamin yang ingin ditampilkan di paspor mereka.

Proses pemilihan tidak lagi memerlukan sertifikasi medis, walaupun preferensi mereka bertentangan dengan dokumen pendukung seperti akta kelahiran.

Dilansir ABC News, Departemen Luar Negeri AS sudah memutuskan hal ini sejak Rabu (30/6/2021).

Baca juga: Mantan Bos Maskapai Tukar Paspor demi Hindari Karantina Covid-19 Setelah Kunjungi Negara “Daftar Merah”

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyatakan, kebijakan ini bertujuan mencapai keadilan yang lebih merata.

"Saya dengan senang hati mengumumkan bahwa kami akan memastikan perlakuan adil terhadap warga LGBTQ di AS, terlepas dari jenis kelamin mereka," ujarnya.

"Kami memperbarui prosedur kami untuk penerbitan Paspor AS dan Laporan Konsuler," tambah Blinken.

Baca juga: Singapura dan Australia Jajaki Travel Bubble serta Paspor Vaksin Digital

Perubahan kebijakan ini, memungkinkan pelamar paspor untuk mengidentifikasi diri sebagai "M" atau "F," dua opsi yang saat ini ada pada formulir.

Departemen akan bekerja untuk menambahkan penanda gender ketiga untuk "non-biner, interseks, dan gender".

Langkah penambahan dinilai akan memakan waktu lebih lama.

“Proses penambahan penanda gender itu ke dokumen-dokumen ini, secara teknologi rumit dan akan membutuhkan waktu untuk pembaruan sistem yang lebih luas,” kata Blinken.

Sejauh ini, Departemen Luar Negeri belum dapat memberikan garis waktu yang tepat kapan penanda gender baru ini bisa tersedia.

Di sisi lain, Presiden AS Joe Biden sebelumnya menjanjikan perubahan yang mendukung pemerataan keadlian bagi LGBTQ, selama kampanyenya 2020 lalu.

Baca juga: Ingin Majukan Hak Kaum LGBTQ, Joe Biden Tunjuk Utusan Khusus

"Orang transgender dan non-biner tanpa dokumen identifikasi yang secara akurat mencerminkan identitas gendernya, sering mengalami banyak hal buruk," ujar Biden kala itu.

"Mulai dari pelecehan dan kekerasan dan ditolak pekerjaan, perumahan, tunjangan publik yang penting, dan bahkan hak untuk memilih," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com