Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PBB: Afghanistan Terancam Hadapi Peningkatan Kekerasan saat Penarikan Pasukan AS

Kompas.com - 18/06/2021, 15:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - PBB memperingatkan potensi peningkatan kekerasan dan "krisis kembali" di Afghanistan saat penarikan pasukan Amerika Serikat secara menyeluruh, setelah beberapa dekade beroperasi.

Kepala badan pengungsi global Flippo Grandi mengatakan kepada AFP dalam sebuah wawancara bahwa dia paham militer internasionnal yang berjaga di Afghanistan "tidak dapat dipertahankan selamanya".

Namun, Grandi memperingatkan "penarikan pasukan Amerika dan lainnya dari Afghanistan juga berpotensi menjadi indikator lain yang memungkinkan kekerasan meningkat setelah itu."

Baca juga: Turki Ambil Alih Bandara Kabul Setelah NATO Pergi dari Afghanistan

"Kami sedang membuat suatu rencana terkait itu," imbuhnya seperti yang dilansir dari AFP pada Jumat (18/6/2021).

Taliban mendapatkan keuntungan besar di Afghanistan saat Amerika Serikat bersiap menarik pasukan terakhirnya pada September, setelah 20 tahun perang.

Apalagi, pembicaraan damai yang tengah dibangun antara pemerintah Afghanistan dengan Taliban juga masih terhenti.

Baca juga: 4 Petugas Vaksin Polio di Afghanistan Ditembak Mati, Diduga Dilakukan Taliban

Banyak warga Afghanistan, terutama wanita yang tidak dilibatkan dalam pembicaraan damai tersebut, telah lama takut jika negaranya kembali ke rezim Taliban saat AS menarik seluruh pasukan.

Analis juga khawatir akan terjadi perang saudara, jika Kabul dibiarkan menghadapi Taliban sendirian.

Situasinya sudah mengerikan. Saat ini, sekitar 2,6 juta warga Afghanistan sudah tinggal di luar negeri sebagai pengungsi pada akhir 2020, menurut angka terbaru PBB.

Baca juga: Lawan Taliban dengan Palu: Kisah Pasukan SAS Inggris di Afghanistan

Krisis "bisa mulai lagi"

Kekhawatiran serupa telah dikemukakan oleh Presiden Perancis Emanuel Macron baru-baru ini, yang akan menarik pasukan setelah memerangi para militan di Sahel selama 8 tahun terakhir.

Dikhawatirkan daerah-daerah tertentu di Sahel, khususnya Mali utara, akan sepenuhnya jatuh ke tangan kelompok-kelompok pemberontak militan karena pemerintah setempat tampaknya tidak dapat memulihkan cengkeraman mereka di wilayah tersebut.

Grandi menekankan bahwa intervensi militer internasional tidak dapat diharapkan berlangsung selamanya untuk memastikan stabilitas Afghanistan.

Namun, dia mengatakan sangat penting untuk melakukan pembangunan cerdas dan investasi kemanusiaan saat pasukan internasional masih di lapangan.

"Masalahnya jika, saat pasukan ini hadir kita tidak melakukan investasi yang tepat dalam semua aspek krisis, ketika pasukan mau tidak mau ditarik kembali, gejala (krisis) itu akan tetap ada," katanya.

Baca juga: Taliban Tembak Mati 10 Pekerja Pembersih Ranjau di Afghanistan

Dia memperingatkan, "krisis dapat dimulai lagi, yang berarti bahwa setelah beberapa tahun, lebih banyak pasukan harus dikirim kembali".

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
59 dari 76 Drone-Rudal Rusia Berhasil Dijatuhkan Ukraina

59 dari 76 Drone-Rudal Rusia Berhasil Dijatuhkan Ukraina

Global
Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Mungkinkah Uni Eropa Memutus Hubungan dengan Presiden Putin?

Internasional
Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Meski Perundingan Berlangsung, Israel Tetap Serang Jalur Gaza

Global
Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Dinas Keamanan Ukraina Mengaku Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com