Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WN Singapura Wajib Negatif Covid-19 Sebelum Pulang dan Saat Tiba

Kompas.com - 28/05/2021, 11:20 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.com – Singapura memperketat pintu masuknya di tengah kembali melonjaknya penyebaran kasus Covid-19.

Efektif mulai Sabtu (29/5/2021), penduduk Singapura baik warga negara Singapura dan Permanent Resident harus menunjukan bukti negatif Covid-19 sebelum memesan tiket kembali ke "Negeri Singa”.

Persyaratan yang sama juga diberlakukan untuk perjalanan ke negara lain yang memerlukan transit di Singapura.

Baca juga: Jadi Klaster Covid-19, Singapura Tutup Dua Pusat Perbelanjaan

Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) pada Kamis (27/5/2021) mengumumkan, seluruh penumpang wajib menunjukan hasil tes PCR Covid-19 negatif yang diambil dalam kurun waktu 72 jam sebelum mereka menaiki pesawat atau kapal feri ke Singapura.

Penumpang juga wajib kembali menunjukan hasil tes negatif ketika tiba di Singapura. Setelah tiba di Singapura penumpang akan diminta kembali melakukan tes PCR Covid-19 sebelum memulai karantina selama 21 hari.

Kebijakan ini telah diberlakukan kepada pemegang izin tinggal jangka panjang dan pengunjung jangka pendek sejak November tahun lalu.

Singapura tidak akan segan menolak masuk atau mendeportasi penumpang yang menolak menunjukan bukti tes negatif Covid-19.

Pengecualian akan diberikan kepada penumpang yang berangkat dari 6 negara berisiko rendah yaitu Australia, Brunei Darussalam, China, Hong Kong, Makau, dan Selandia Baru.

Khusus untuk penumpang dari negara-negara itu, mereka dapat memilih antara menunjukan bukti tes negatif Covid-19 sebelum terbang atau menjalani 7 hari karantina setelah tiba di Singapura.

Baca juga: Jadi Klaster Covid-19, Singapura Tutup Dua Pusat Perbelanjaan

Changi klaster terbesar Covid-19 Singapura

Rumah Sakit Tan Tock Seng di distrik Novena, Singapura TengahLianhe Zaobao Rumah Sakit Tan Tock Seng di distrik Novena, Singapura Tengah
Singapura saat ini sedang berada dalam status lockdown parsial sejak 16 Mei, setelah meledaknya kasus infeksi lokal Covid-19 yang dimulai dari klaster Rumah Sakit Tan Tock Seng pada 27 April.

Pengetatan perbatasan menjadi perhatian khusus mengingat klaster terbesar saat ini berasal dari ratusan kasus di Bandara Internasional Changi.

Investigasi awal menunjukan penyebaran virus corona varian B.1617 yang berasal dari India, dimulai dari gerbang kedatangan dan pusat pengambilan bagasi di terminal 3 Bandara Changi.

Dua titik ini adalah tempat di mana petugas bandara berkontak fisik langsung dengan penumpang yang tiba.

Pekerja yang terinfeksi kemudian menyebarkan virus ke pekerja lain ketika mereka berpindah tugas ke gerbang keberangkatan, area transit, dan bersantap di food court bandara.

Baca juga: Covid-19 di Taiwan dan Singapura Tiba-tiba Naik, Setelah Hampir Nol Kasus

Penyebaran meluas komunal ke masyarakat Singapura setelah pekerja-pekerja bandara itu pulang ke rumah masing-masing atau bertemu sanak famili dan teman di tempat lain.

Adapun Bandara Changi dan pusat perbelanjaan Jewel yang lokasinya bersebelahan ditutup untuk umum dari 13 hingga 26 Mei, akibat kemunculan klaster virus corona Singapura. Bandara baru kembali dibuka Kamis kemarin.

Klaster-klaster virus corona di Singapura lainnya menyebar mulai dari sekolah, pusat kursus, bangunan perkantoran, pelabuhan Pasir Panjang, kompleks penjara Changi, hingga asrama pekerja asing di Woodlands.

Data terakhir menunjukan total kasus Covid-19 di Singapura adalah 61.940 di mana 245 pasien atau 0,40 persen saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Singapura Lockdown Lagi, 2 Pertemuan Elite Dunia Batal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Israel Serang Rafah | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com