Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekaman Drone Ungkap Luasnya Lahan Kuburan Dadakan Tepi Sungai Gangga

Kompas.com - 23/05/2021, 08:52 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Rekaman drone secara mengejutkan mengungkap luasnya lahan yang digunakan ratusan situs pemakaman dadakan tepi Sungai Gangga di India, ketika gelombang kedua virus corona terus mendatangkan malapetaka di negara itu.

Dalam beberapa hari terakhir, jenazah orang yang diyakini sebagian besar meninggal karena Covid-19, ditemukan terapung di sungai atau terkubur di pasir tepiannya.

Al Jazeera News melaporkan awal pekan ini bahwa mereka yang tinggal di dekat situs, di negara bagian utara Uttar Pradesh, berspekulasi orang menguburkan kerabat di tepi sungai karena tidak ada cukup ruang di krematorium lokal, atau karena mereka tidak mampu membeli kayu untuk pemakaman, 

Sementara penduduk lokal memiliki kepercayaan bahwa air sungai memiliki kekuatan pemurnian melansir Business Insider pada Sabtu (22/5/2021).

Baca juga: India Minta Perusahaan Media Sosial Hapus Konten ‘Varian India

Mahalnya pemakaman

Biaya kremasi melonjak di sejumlah daerah India. Kepada Times of India (TOI), Rajesh Singh, mengaku diminta membayar 11.000 Rupee India (Rp 2.16 juta) untuk memakamkan pamannya yang baru saja meninggal karena Covid-19.

Pria berusia 35 tahun pun memprotes pengurus pemakaman karena menurutnya, biayanya seharusnya tidak lebih dari 5.000 rupee India (Rp 983.950).

“Kayu yang sama yang sebelumnya tersedia seharga Rs 3.000 hingga 4.000 sekarang dijual seharga Rs 11.000 atau lebih," kata Singh kepada TOI pada Minggu (19/5/2021).

"Jumlahnya juga dikompromikan, tetapi Anda tidak dapat menawar apa pun. Kemana orang akan pergi dengan mayat?"

Dengan jenazah yang ditumpuk tanpa henti, penjaga kremasi tidak punya waktu atau kesabaran untuk menawar. Petugas pun memintanya untuk pergi dengan membawa jasad kerabatnya.

Orang lain, yang tidak ingin disebutkan namanya, menceritakan pengalamannya kepada TOI dengan berlinang air mata.

“Saya kehilangan bibi saya pada 14 April. Saya membayar 22.000 rupee India (Rp 4,3 juta), untuk kremasi dia di Harishchandra Ghat. Kemudian saya kehilangan nenek saya kemarin (Sabtu) dan kali ini saya diharuskan membayar 30.000 rupee India (Rp 5,9 juta).”

Petugas kremasi berkata, “Lupakan tarif sebelumnya, tidak bisakah Anda melihat berapa banyak mayat dalam antrean? Saya harus menyerah."

Bahkan dengan biaya ekstra itu, menurutnya pelayanan yang diberikan tidak memuaskan. Kayu gelondongan, kadang-kadang, tidak cukup, seringkali kayu gelondongan yang sudah terbakar sebagian dimasukkan ke dalam tumpukan kayu segar.

Baca juga: Sekitar 7.000 Pasien Covid-19 di India Terinfeksi Jamur Hitam, Sebagian Kehilangan Matanya

Tubuh terbengkalai

"Kami hidup dalam ketakutan. Anjing melahap tubuh dan tulang dari jasad dan berkeliaran di tempat tinggal kami. Dan pemerintah tidak melakukan apa-apa," kata seorang penduduk setempat kepada Telegraph.

Jumlah jenazah yang ditemukan di dalam dan di sepanjang tepian sungai belum dikonfirmasi, karena pihak berwenang setempat belum mengumumkannya kepada publik.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com