Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rekaman Drone Ungkap Luasnya Lahan Kuburan Dadakan Tepi Sungai Gangga

NEW DELHI, KOMPAS.com - Rekaman drone secara mengejutkan mengungkap luasnya lahan yang digunakan ratusan situs pemakaman dadakan tepi Sungai Gangga di India, ketika gelombang kedua virus corona terus mendatangkan malapetaka di negara itu.

Dalam beberapa hari terakhir, jenazah orang yang diyakini sebagian besar meninggal karena Covid-19, ditemukan terapung di sungai atau terkubur di pasir tepiannya.

Al Jazeera News melaporkan awal pekan ini bahwa mereka yang tinggal di dekat situs, di negara bagian utara Uttar Pradesh, berspekulasi orang menguburkan kerabat di tepi sungai karena tidak ada cukup ruang di krematorium lokal, atau karena mereka tidak mampu membeli kayu untuk pemakaman, 

Sementara penduduk lokal memiliki kepercayaan bahwa air sungai memiliki kekuatan pemurnian melansir Business Insider pada Sabtu (22/5/2021).

Mahalnya pemakaman

Biaya kremasi melonjak di sejumlah daerah India. Kepada Times of India (TOI), Rajesh Singh, mengaku diminta membayar 11.000 Rupee India (Rp 2.16 juta) untuk memakamkan pamannya yang baru saja meninggal karena Covid-19.

Pria berusia 35 tahun pun memprotes pengurus pemakaman karena menurutnya, biayanya seharusnya tidak lebih dari 5.000 rupee India (Rp 983.950).

“Kayu yang sama yang sebelumnya tersedia seharga Rs 3.000 hingga 4.000 sekarang dijual seharga Rs 11.000 atau lebih," kata Singh kepada TOI pada Minggu (19/5/2021).

"Jumlahnya juga dikompromikan, tetapi Anda tidak dapat menawar apa pun. Kemana orang akan pergi dengan mayat?"

Dengan jenazah yang ditumpuk tanpa henti, penjaga kremasi tidak punya waktu atau kesabaran untuk menawar. Petugas pun memintanya untuk pergi dengan membawa jasad kerabatnya.

Orang lain, yang tidak ingin disebutkan namanya, menceritakan pengalamannya kepada TOI dengan berlinang air mata.

“Saya kehilangan bibi saya pada 14 April. Saya membayar 22.000 rupee India (Rp 4,3 juta), untuk kremasi dia di Harishchandra Ghat. Kemudian saya kehilangan nenek saya kemarin (Sabtu) dan kali ini saya diharuskan membayar 30.000 rupee India (Rp 5,9 juta).”

Petugas kremasi berkata, “Lupakan tarif sebelumnya, tidak bisakah Anda melihat berapa banyak mayat dalam antrean? Saya harus menyerah."

Bahkan dengan biaya ekstra itu, menurutnya pelayanan yang diberikan tidak memuaskan. Kayu gelondongan, kadang-kadang, tidak cukup, seringkali kayu gelondongan yang sudah terbakar sebagian dimasukkan ke dalam tumpukan kayu segar.

Tubuh terbengkalai

"Kami hidup dalam ketakutan. Anjing melahap tubuh dan tulang dari jasad dan berkeliaran di tempat tinggal kami. Dan pemerintah tidak melakukan apa-apa," kata seorang penduduk setempat kepada Telegraph.

Jumlah jenazah yang ditemukan di dalam dan di sepanjang tepian sungai belum dikonfirmasi, karena pihak berwenang setempat belum mengumumkannya kepada publik.

"Rata-rata 40 jenazah dibawa ke sini setiap hari dan dikuburkan atau ditinggalkan di sini," kata warga lokal lainnya di desa Dongri kepada Telegraph.

"Kematian akibat Covid-19 India telah membuat kami ngeri. Kami tidak tahu siapa yang akan mengklaim atau menghitung mayat-mayat ini."

Business Insider pada Sabtu (22/5/2021) melaporkan, India masih berada di tengah gelombang kedua virus corona yang menghancurkan.

Negara Asia Selatan ini telah melaporkan lebih dari 26 juta kasus dan lebih dari 295.000 kematian sejak dimulainya pandemi, menurut pelacak oleh Universitas Johns Hopkins.

Tetapi para ahli khawatir angka sebenarnya bisa lima hingga 10 kali lebih tinggi.

https://www.kompas.com/global/read/2021/05/23/085200470/rekaman-drone-ungkap-luasnya-lahan-kuburan-dadakan-tepi-sungai-gangga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke