MOSKWA, KOMPAS.com - Seorang pejabat Rusia memperingatkan, mereka bisa bergerak membantu jika Ukraina menyerang kelompok separatis yang berbahasa mereka.
Dalam beberapa pekan terakhir, konflik pasukan pemerintah dengan pemberontak di kawasan utara terus meningkat.
Situasi makin panas karena "Negeri Beruang Merah" diketahui membangun tentara dan menggerakkannya di dekat perbatasan Ukraina.
Baca juga: Tegang dengan Rusia, Presiden Ukraina Bakal Kunjungi Garis Depan
Si pejabat, Dmitry Kozak, menyatakan prajurit mereka bisa langsung mengintervensi untuk "mempertahankan warga mereka".
"Kami akan menanggapinya sejauh api yang mereka (Kiev) timbulkan," ujar Kozak dikutip BBC Kamis (8/4/2021).
Dia juga memperingatkan eskalasi yang ada bisa terus meningkat jadi konflik lebih besar, dan menjadi akhir bagi Ukraina.
Negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman menyatakan mereka begitu khawatir dengan pergerakan Moskwa.
Kremlin mengakui mereka saat ini tengah membangun pasukan di perbatasan. Namun, mereka bersikukuh bukanlah ancaman.
Baca juga: Konflik dengan Ukraina Makin Panas, Rusia Cek Kesiapan Tempur Tentaranya
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki menerangkan, jumlah serdadu itu merupakan yang terbesar sejak 2014.
Psaki merujuk kepada insiden saat Rusia menjajah Semenanjung Crimea di 2014. "Situasinya sangat mengkhawatirkan."
Kremlin tidak menjabarkan berapa jumlah tentaranya. Namun pada akhir Maret, Ukraina menyatakan 20.000 tentara lawan sudah bergerak.
Bahkan, video yang beredar di media sosial memperlihatkan Rusia memindahkan sejumlah persenjataan berat.
Pada Kamis, Kiev mengumumkan total 25 tentara mereka tewas pada tahun ini, berbanding 50 sepanjang tahun lalu.
Baca juga: Panas dengan Rusia, Ukraina Minta Keanggotaan NATO Dipercepat
Sementara kelompok separatis mengungkapkan anggota mereka juga terbunuh saat pasukan pemerintah menembakkan 14 mortar di desa dekat Donetsk.
Untuk menunjukkan betapa seriusnya situasi yang berkembang, Presiden Volodymyr Zelensky mengunjungi garis depan.
Kanselir Jerman Angela Merkel berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin melalui telepon, dan memintanya menurunkan ketegangan.
Di sisi lain, Putin justru menuding Ukraina yang terus berusaha memanaskan situasi di bagian timur.
Baca juga: Konflik Rusia-Ukraina Bisa Picu Perang Eropa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.