Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Dikabarkan Abaikan Peringatan Eksperimen Virus Corona di Wuhan 2 Tahun Sebelum Wabah

Kompas.com - 12/03/2021, 13:38 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS dikabarkan mengabaikan laporan bahwa adanya eksperimen virus corona di Wuhan, dua tahun sebelum wabah bergulir.

Para diplomat di Kedutaan Besar AS di China memperingatkan Washington bahwa ada virus baru yang ditemukan di laboratorium itu.

Pakar kesehatan dan sains di kedutaan menemukan virus itu ketika mereka menghadiri konferensi di Beijing.

Baca juga: WHO: Laporan Penyelidikan di Wuhan Siap Dirilis Pertengahan Maret

Saat itu, mereka menyaksikan presentasi yang dilakukan para peneliti China, termasuk dari Institut Virologi Wuhan (WIV).

Saat itu, ilmuwan di WIV menemukan populasi kelelawar di sebuah gua di Provinsi Yunnan, memberi mereka pandangan mengenai asal dan penyebaran virus corona.

Selain itu, seperti dilansir The Sun, Kamis (11/3/2021), peneliti juga menemukan adanya tiga virus yang punya karakteristik unik.

Karakteristik itu adalah adanya spike protein (protein mahkota) yang punya kemampuan melekat di reseptor khusus di paru-paru manusia.

Di kemudian hari, ciri khas tersebut muncul dari Covid-19 yang kini sudah mewabah di seluruh dunia.

Tim dari AS itu kemudian mendatangi WIV dan bertemu sejumlah ilmuwan, termausk Shi Zhengli yang dikenal sebagai "wanita kelelawar".

Baca juga: Tim Ahli WHO: Covid-19 di Wuhan Jauh Lebih Luas daripada yang Diperkirakan

Saat berdiskusi itulah, para pakar tersebut kaget mengetahui laboratorium tak punya cukup staf terlatih untuk melakukan penelitian.

Mereka pun mengirim kawat diplomatik ke Washington, berisi peringatan ada sekelompok virus berbahaya yang bisa menjadi masalah di kemudian hari.

Namun, peringatan itu tidak digubris oleh Gedung Putih, dan baru muncul setelah dibocorkan ke Washington Post.

"Kawat itu jelas merupakan peringatan keras. Mereka memohon supaya pemerintah mengamati apa yang terjadi," kata salah satu diplomat.

Penulis kawat kepada jurnalis The Post John Rogin mengatakan, mereka memperingatkan bahwa WIV adalah ancaman serius.

Baca juga: China Sebut Covid-19 di Wuhan Berasal dari Kepala Babi yang Diimpor

Saat itu, dia berpikir virus itu akan menjadi seperti Sindrom Pernapasan Akut Parah (SARS) yang mewabah di awal 2000-an.

"Jika saya tahu virus ini akan menjadi wabah terbesar dalam sejarah manusia, saya akan lebih serius memberi peringatan," terangnya.

Dokumen lain mengungkapkan, ilmuwan di Wuhan jatuh sakit dengan gejala mirip Covid-19 pada akhir 2019, beberapa bulan sebelum mewabah.

WIV dikenal karena bereksperimen pada virus corona kelelawar, dan menciptakan strain hibrida menular untuk diperiksa.

Lokasi laboratorium tersebut tidak jauh dari tempat yang diyakini sebagai penyebaran pertama pada Desember 2019.

Baca juga: Tim WHO Tidak Temukan Asal-usul Virus Corona di Wuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com