Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Bakal Tambah Alat Canggih untuk Pengayaan Uranium

Kompas.com - 18/02/2021, 16:07 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

WINA, KOMPAS.com – Iran bakal menginstal lebih banyak alat pengaya uranium IR-2m centrifuges yang canggih ke fasilitas pengaya uranium bawah tanah di Natanz.

Rencana tersebut dipaparkan Teheran kepada Badan Energi Atom Internasional (IAEA) sebagaimana dilansir dari Reuters, Kamis (18/2/2021).

IAEA melaporkan hal tersebut kepada negara-negara anggota.

“Iran mengindikasikan rencananya untuk memasang dua kaskade tambahan 174 IR-2m centrifuges di FEP (Natanz Fuel Enrichment Plant) untuk memperkaya hingga 5 persen U-235,” ujar IAEA dalam laporannya.

Baca juga: Bosan dengan Janji Manis AS, Iran Hanya Akan Merespons Aksi Nyata Perjanjian Nuklir

“Ini akan membuat jumlah kaskade IR-2m centrifuges baik yang direncanakan, dipasang, atau beroperasi di FEP menjadi enam,” imbuh IAEA.

Sebuah laporan IAEA pada 1 Februari mengatakan Iran telah membawa kaskade kedua IR-2m centrifuges yang telah beroperasi di FEP dan memasang dua lagi.

Reuters melaporkan, dalam kesepakatan nuklir Iran, Teheran hanya boleh memperkaya uranium FEP dengan IR-1 centrifuges generasi pertama yang jauh lebih tidak efisien.

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan, negaranya hanya akan menerima tindakan positif pihak lain terkait kesepakatan nuklir Iran.

Baca juga: Kesepakatan Nuklir, Menlu AS: Jalan Diplomasi Terbuka untuk Iran

Khamenei mengatakan hal tersebut dalam pidato yang disiarkan melalui televisi pada Rabu (17/2/2021).

Dia berujar, Iran telah banyak mendengar janji manis namun tetap dilanggar sebagaimana dilansir dari Al Jazeera.

"Kali ini hanya aksi. Jika kita melihat aksi dari pihak lain, kita juga akan bertindak. Republik Islam tidak akan puas dengan janji aksi," ujar Khamenei kepada masyarakat Tabriz.

Dia berpidato dalam peringatan terjadinya aksi protes pada 1978 yang dianggap sebagai salah satu peristiwa pemicu Revolusi Iran setahun kemudian.

Baca juga: Iran Mulai Latihan Bersama Angkatan Laut Rusia di Samudera Hindia

Pada 2018, mantan Presiden AS Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran.

Setelah itu, Trump menerapkan kembali sanksi keras terhadap Teheran yang masih berlaku hingga saat ini.

Kesepakatan nuklir itu menawarkan keringanan sanksi sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran, yang diikuti oleh AS dan sejumlah negara lainnya.

Kini, Presiden AS Joe Biden mengatakan pihaknya ingin memulihkan kesepakatan bersejarah tersebut.

Namun, Biden berkeras kalau Iran harus kembali ke semua komitmen yang mulai dibatalkan pada 2019 sebelum sanksi dapat dicabut.

Baca juga: PM Israel Netanyahu Akui Perbedaan dengan Joe Biden Soal Iran dan Palestina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com