Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dianggap Tak Kredibel, AS dan UE Tolak Pemilihan Parlemen Venezuela

Kompas.com - 08/12/2020, 10:35 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber Reuters

CARACAS, KOMPAS.com - Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE) dan lebih dari selusin negara Amerika Latin menyatakan penolakan atas hasil pemilihan parlemen di Venezuela yang memenangkan mayoritas sekutu Presiden Nicolas Maduro, Senin (07/12/20)

Memberitakan Reuters, diketahui hanya 31 persen dari 20 juta pemilih yang memenuhi syarat berpartisipasi dalam pemilihan pada Minggu (06/12/20).

Dewan Pemilihan mengatakan jumlah itu bahkan tidak sampai setengah dari tingkat partisipasi dalam pemilihan kongres sebelumnya pada 2015.

Oposisi telah memboikot pemungutan suara. Mereka menyebut proses demokrasi itu sebagai lelucon yang dibuat untuk mengkonsolidasikan kediktatoran.

Meski demikian, hasil pemungutan suara mengembalikan kongres ke kendali Maduro. Aliansi partai yang disebut Kutub Patriotik Hebat pendukung Maduro memenangkan 68,9 persen suara, menurut angka yang diterbitkan pada Senin (07/12/20).

Padahal ekonomi negara Amerika Latin itu tengah berada dalam kondisi yang sangat buruk. Akibat program sanksi AS yang agresif, dan eksodus migrasi massal.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Warga Venezuela Bertahan Hidup dengan Rp 18.000 Per Bulan | Menteri Pakistan Samakan Presiden Perancis dengan Nazi

"Amerika Serikat, bersama dengan banyak negara demokrasi lain di seluruh dunia, mengutuk sandiwara yang gagal memenuhi standar minimum kredibilitas (pemilihan umum) tersebut," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan pada Senin (07/12/20).

Diplomat utama UE Josep Borrell, dalam pernyataan yang dikeluarkan atas nama 27 anggota UE mengatakan pemilihan itu gagal memenuhi standar minimum internasional.

"Kurangnya penghormatan terhadap pluralisme politik dan diskualifikasi serta penuntutan terhadap para pemimpin oposisi tidak memungkinkan UE untuk mengakui proses pemilu ini sebagai kredibel, inklusif atau transparan, dan hasilnya sebagai perwakilan dari keinginan rakyat Venezuela," kata Borrell seperti dilansir AFP.

UE mendesak pemerintah Venezuela untuk memulai proses transisi dengan solusi damai, inklusif dan berkelanjutan atas krisis politik yang terjadi. Yaitu dengan melakukan pemilihan presiden dan legislatif yang kredibel, inklusif dan transparan.

Hal itu disampaikan Borrell bertemu dengan para menteri luar negeri negara UE di Brussel pada Senin (08/12/20)

Pernyataan senada juga dilontarkan sekelompok negara Amerika Latin termasuk Brasil dan Kolombia yang mengeluarkan pernyataan bahwa pemungutan suara itu tidak memiliki legalitas dan legitimasi.

Baca juga: Iran Diperkirakan Kirim Minyak ke Venezuela Lagi, Bisa Lolos dari AS?

Awal tahun ini, Mahkamah Agung Venezuela memecat sejumlah politisi dari partai oposisi dari partai yang sama atas dugaan terkait dengan Maduro. Hal ini menjadi salah satu alasan utama oposisi menyebut pemungutan suara itu palsu.

Dewan pemilihan juga dibentuk namai tanpa partisipasi oposisi. Maduro menolak untuk mengizinkan adanya pengawas pemilihan yang signifikan.

Sekutu Maduro mengatakan kondisi pemilu sama dengan pemungutan suara parlemen 2015 yang dimenangkan oposisi, dan pemerintah tidak mengindahkan kritik asing.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Pejabat UE dan Perancis Kecam Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi, Ini Alasannya

Global
Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Rusia dan Ukraina Dilaporkan Pakai Senjata Terlarang, Apa Saja?

Internasional
Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Setelah Perintahkan Warga Mengungsi, Israel Serang Rafah, Hal yang Dikhawatirkan Mulai Terjadi

Global
Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Jerman Tarik Duta Besarnya dari Rusia, Ini Alasannya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com