Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirjen WHO Sebut Dunia Bisa Mulai Bermimpi Covid-19 Berakhir, Mengapa?

Kompas.com - 06/12/2020, 14:58 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

JENEWA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengumumkan pada Jumat (4/12/2020) bahwa hasil positif dari uji coba vaksin virus corona membuat dunia "dapat mulai bermimpi tentang berakhirnya pandemi.”

Namun, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan negara-negara kaya dan berkuasa tidak boleh menginjak-injak orang miskin dan terpinggirkan "dalam kepanikan untuk memperoleh vaksin.”

Associated Press, Sabtu (5/12/2020), melaporkan dalam pidatonya di sesi tingkat tinggi pertama Majelis Umum PBB tentang pandemi, Tedros memperingatkan bahwa sementara virus dapat dihentikan, tetapi "jalan di depan tetap berbahaya."

Baca juga: WHO Tanggapi Misteri Asal-usul Covid-19 dan Tepis Kritik Transparansi

Ia menuturkan pandemi telah menunjukkan umat manusia pada hal "yang terbaik dan terburuk.”

Merujuk pada peningkatan infeksi dan kematian saat ini, Tedros mengatakan tanpa menyebut negara mana pun bahwa "di mana sains tenggelam oleh teori konspirasi, di mana solidaritas dirusak oleh perpecahan, di mana pengorbanan diganti dengan kepentingan pribadi, maka virus tumbuh subur, virus menyebar.”

Dia memperingatkan dalam pidato virtual pada pertemuan tingkat tinggi bahwa vaksin “tidak akan mengatasi kerentanan yang terletak pada akarnya”, yaitu kemiskinan, kelaparan, ketidaksetaraan dan perubahan iklim, yang menurutnya harus ditangani setelah pandemi berakhir.

“Kita tidak bisa dan tidak boleh kembali ke pola produksi dan konsumsi eksploitatif yang sama, pengabaian yang sama terhadap planet yang menopang semua kehidupan, siklus panik dan campur tangan yang sama, serta politik yang memecah belah yang memicu pandemi ini,” katanya.

Tentang vaksin, Tedros berkata, “cahaya di ujung terowongan terus bertambah terang,” tetapi vaksin “harus dibagikan secara setara sebagai barang publik dunia, bukan sebagai komoditas swasta yang memperlebar ketidaksetaraan dan menjadi alasan lain mengapa beberapa orang tertinggal.”

Dia mengatakan program akselerator akses peralatan Covid-19 (ACT-Accelerator) WHO yang mengembangkan dan mendistribusikan vaksin secara adil "berada dalam bahaya menjadi tidak lebih dari isyarat yang mulia" tanpa dana baru yang besar.

Baca juga: WHO: Jangan Cepat Berpuas Diri Meski Vaksin Mulai Ditemukan

Dia mengatakan dana sebesar 4,3 miliar dollar AS (Rp 61 triliun) dibutuhkan segera untuk pengadaan vaksin massal dan pengiriman vaksin. Selain itu juga dibutuhkan 23,9 miliar dollar AS (Rp 339 triliun) untuk 2021.

Jumlah itu, kata Tedros, kurang dari setengah dari satu persen paket stimulus senilai 11 triliun dollar AS (Rp 156 kuadriliun) yang diumumkan sejauh ini oleh kelompok G-20, kumpulan negara-negara terkaya di dunia.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengajukan permohonan serupa untuk pendanaan ACT-Accelerator pada pembukaan sesi Sidang Umum pada hari Kamis (3/12/2020).

Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pada hari Jumat (4/12/2020) bahwa Guterres frustrasi dan ingin melihat "tingkat investasi yang jauh lebih tinggi oleh negara-negara yang dapat melakukannya."

Baca juga: WHO Pertimbangkan Sertifikat Vaksinasi Elektronik untuk Perjalanan

Henrietta Fore, kepala badan PBB untuk anak-anak UNICEF, mengatakan, "Ketika negara-negara miskin mulai mencoba membeli vaksin," tidak ada yang tersedia atau harganya terlalu tinggi.

Menurut Fore, UNICEF biasanya mendistribusikan 2 miliar dosis vaksin setahun, dan begitu bisa mendapatkan vaksin Covid-19, "Kami akan melipatgandakannya tahun depan, jadi kita harus siap."

Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS, Alex Azar, mengatakan tiga dari enam kandidat vaksin yang didukung pemerintah AS telah melaporkan data yang menjanjikan dan, "Saya memiliki alasan kuat untuk percaya bahwa lebih banyak kabar baik tentang vaksin dan tindakan pencegahan lainnya sedang dalam perjalanan."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com