Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Bagaimana Pandemi Covid-19 Menganggu Pengembangan Energi Angin?

Kompas.com - 02/11/2020, 13:29 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Perusahaan pengembang energi terbarukan tengah berjuang untuk menyelesaikan proyek pembangunannya karena pandemi mengganggu konstruksi dan pasokan komponennya secara global.

Salah satu contoh perusahaan yang tengah berjuang menyelesaikan proyek pembangunan pembangkit listrik dari energi terbarukan adalah EDF Renewables.

Para eksekutif di EDF Renewables masih berharap dapat menyelesaikan instalasi 99 turbin angin di Nebraska, Amerika Serikat (AS), sebelum tenggat waktu yang ditentukan yakni pada akhir tahun.

Pada awal April, pandemi menjadi pukulan besar bagi perusahaan tersebut. Seorang manajer di sebuah pabrik yang membuat silinder penyangga turbin angin mati karena virus corona.

Kejadian itu terpaksa membuat pabrik berhenti beroperasi dan pekerjaan EDF Renewables terhenti selama lima pekan sebagaimana dilansir dari New York Times.

Peristiwa itu, dan beberapa peristiwa lainnya - termasuk pekerja konstruksi di lokasi yang tertular virus - telah menghambat upaya EDF Renewables untuk menyelesaikan proyek senilai 374 juta dollar AS (Rp 5,4 triliun) tersebut.

Baca juga: Inspirasi Energi: Konsumsi Batu Bara dan Pengembangannya ke Depan

Penundaan yang berkepanjangan dapat meningkatkan biaya dan mengancam kelangsungan keuangan proyek.

Perjuangan EDF Renewables adalah salah satu contoh bagaimana pandemi virus corona telah mengganggu rantai pasokan global dan membahayakan investasi puluhan miliar dollar AS sekaligus jutaan lapangan pekerjaan.

Sektor-sektor seperti perusahaan ritel dan perusahaan minyak dan gas (migas) merupakan sektor yang paling terdampak pandemi virus corona.

Selain itu, tantangan yang dihadapi EDF Renewables menunjukkan bahwa pandemi juga menghantam industri yang tengah berkembang pesat seperti energi terbarukan.

Asosiasi Energi Angin Amerika memperkirakan bahwa pandemi dapat mengancam investasi senilai 35 miliar dollar AS (Rp 510 triliun) dan sekitar 35.000 pekerjaan tahun ini. Kerugian bisa bertambah jika virus corona masih terus mengganggu perekonomian hingga tahun depan.

“Setiap pasokan komponen telah terkena dampaknya. Tentu saja jika kami melihat penundaan besar, itu dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang besar,” kata John Hensley, Wakil Presiden Penelitian dan Analisis Asosiasi Energi Angin Amerika.

Baca juga: Inspirasi Energi: Benarkah Biodiesel Ramah Lingkungan?

Pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) menyediakan lebih dari 7 persen pasokan listrik AS dan merupakan sumber energi bebas karbon terbesar setelah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN)

Sekitar 20 persen pasokan listrik di Nebraska berasal dari energi angin. Dan jika proyek EDF Renewables tersebut selesai, PLTB yang dibangun itu akan memasok sekitar 115.000 rumah di Nebraska.

Bisnis energi angin sendiri tumbuh sekitar 10 persen setahun sebelum pandemi. Tetapi para petinggi industri energi angin tengah khawatir bahwa proyek yang sedang dibangun mungkin ditunda atau dibatalkan karena pandemi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com