Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMNO Tegaskan Dukungannya kepada PM Malaysia Muhyiddin Yassin

Kompas.com - 27/10/2020, 12:01 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber REUTERS

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) kembali menyatakan dukungannya kepada Perdana Menteri (PM) Malaysia Muhyiddin Yassin.

Partai terbesar dalam koalisi Perikatan Nasional milik Muhyiddin memberikan beberapa kelonggaran bagi PM yang sebelumnya menghadapi seruan untuk mengundurkan diri.

Seruan pengunduran diri tersebut dikemukakan oleh pemimpin senior UMNO, Ahmad Puad Zarkashi, pada Senin (26/10/2020) dalam sebuah unggahan di Facebook setelah usulan pemberlakuan keadaan darurat dari Muhyiddin ditolak Raja Malaysia.

"Syukurlah, Yang Mulia Raja tak terpengaruh oleh permainan politik yang bisa menjerumuskan negara ke momen lebih sulit," ujar Ahmad Puad di Facebook.

Baca juga: Dikepung UMNO, Anwar dan Mahathir, Apakah Muhyiddin Bertahan Jadi PM Malaysia?

"Kesejahteraan masyarakat jelas yang utama. Karena itu, sudah seharusnya Muhyiddin mundur," lanjutnya.

Sementara itu, politisi oposisi seperti Wong Chen menyebut usulan yang diberikan PM Malaysia berusia 73 tahun tersebut "sangat jahat".

Karena itu, Wong berujar sudah benar Raja Malaysia Yang di-Pertuan Agong Sultan Abdullah menolaknya, dan menyerukan agar Muhyiddin meletakkan jabatan atau memecat menteri yang mengusulkannya.

Kritikus menuduh Muhyiddin menggunakan pandemi sebagai dalih untuk menangguhkan parlemen dan menghindari ujian kepemimpinannya sebagaimana dilansir dari Reuters, Selasa (27/10/2020).

Baca juga: Anwar Ibrahim: Raja Sedang Pelajari Dokumennya untuk Gulingkan PM Muhyiddin

Namun kini, UMNO, yang pada awal bulan ini mengancam akan menarik dukungan untuk Muhyiddin, menyatakan masih akan mendukung Muhyiddin.

Itu karena menurut partai tersebut sudah tiba waktunya bagi rekonsiliasi nasional antar-partai politik demi memastikan stabilitas politik dan untuk memfokuskan upaya pengelolaan pandemi.

UMNO juga mengatakan tidak akan bekerja dengan partai pemimpin oposisi Anwar Ibrahim, menolak proposal oleh mantan PM Malaysia Najib Razak.

Baca juga: Usul Terapkan Keadaan Darurat Ditolak Raja, PM Malaysia Hadapi Hal Ini

Bulan lalu, Anwar menyatakan bahwa dia telah mendapatkan dukungan mayoritas dari anggota parlemen federal untuk membentuk pemerintahan baru, yang memicu krisis politik.

"Negeri Jiran" sudah berada dalam krisis politik ketika PM sebelumnya, Mahathir Mohamad, secara mengejutkan mengumumkan mundur di Februari.

Keputusan Mahathir itu membuat koalisi Pakatan Harapan yang juga dipimpin Anwar Ibrahim mengalami perpecahan dan kolaps.

Kondisi itu dimanfaatkan Muhyiddin untuk menggalang dukungan. Menggandeng UMNO sebagai motornya, dia berhasil naik sebagai PM pada Maret.

Baca juga: Serahkan Dukungan Mayoritas ke Raja Malaysia, Anwar Ibrahim Minta PM Muhyiddin Mundur

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Saat Tentara Ukraina Kecanduan Judi Online, Terlilit Utang, dan Jual Drone Militer...

Global
Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Rangkuman Hari Ke-979 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Jatuhkan Rudal ATACMS | Norwegia Percepat Bantuan ke Ukraina

Global
China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com