Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Australia: Dunia Harus Tahu Asal Muasal Covid-19

Kompas.com - 26/09/2020, 18:54 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com - Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Sabtu (26/9/2020) mengatakan bahwa negara-negara di dunia harus melakukan segala upaya untuk memahami asal muasal Covid-19.

Komentar itu dinilai dapat memperburuk hubungan Australia dengan China yang sebelumnya sudah memanas akibat isu rasial dan pandemi.

Melansir Asia Nikkei, berbicara di hadapan Sidang Umum PBB, Morrison mengatakan bahwa penyelidikan terhadap asal muasal virus corona akan meminimalkan ancaman pandemi global lainnya.

"Virus ini telah mengakibatkan bencana bagi dunia dan rakyatnya. Kita harus mengupayakan segala hal untuk memahami apa yang terjadi agar hal serupa tidak terulang kembali," ujar Morrison via telekonferensi video.

Baca juga: Perdana Menteri Australia, Scott Morrison Anggap Hanya Dirinya yang Lihat Jangka Waktu Lama Tentang Virus Corona

"Ada mandat yang jelas untuk mengidentifikasi asal penyakit zoonosis Covid-19 dan bagaimana penyakit itu bisa menular ke manusia," imbuhnya.

Pernyataan Morrison itu serupa dengan yang dia ucapkan sebelumnya di awal tahun, menegangkan relasi antara Australia dengan China.

Di awal tahun, Morrison memimpin tuntutan global untuk menyelidiki asal-usul Covid-19. China dengan tegas menolak langkah itu, dengan Duta Besar China untuk Canberra memperingatkan bahwa seruan penyelidikan akan merusak hubungan perdagangan.

Sejak itu, China menerapkan sanksi dagang kepada Australia. China menangguhkan beberapa impor daging sapi yang secara teknis dan dan efektif memblokir perdagangan senilai 439 juta dollar AS dengan memberlakukan tarif 80,5 persen pada impor Australia.

Baca juga: 2 Jurnalis Asing Kabur, China Tuduh Kedubes Australia Halangi Penyelidikan

China juga meluncurkan penyelidikan anti-dumping terhadap impor anggur Australia.

Sementara itu, Australia juga meminta semua negara untuk berbagi vaksin Covid-19 jika ada yang mengembangkannya.

Australia awal tahun ini menandatangani perjanjian vaksin dengan AstraZeneca, dengan gelombang pertama dijadwalkan dikirim pada Januari 2021 jika uji cobanya terbukti berhasil.

Australia juga berjanji akan berbagi pasokan vaksin dengan negara-negara Kepulauan Pasifik yang lebih kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com