BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China menekankan pentingnya menjaga "mangkuk nasi" rakyat dari produksi dalam negerinya, di saat lahan pertanian menyusut, cuaca ekstrem dan biaya impor yang lebih murah.
"Jika Anda memiliki cukup bulir padi, Anda tidak perlu panik," tulis Menteri Pertanian Han Changfu dalam opininya yang dipublikasikan People’s Daily, Jumat (7/8/2020).
"Mangkuk nasi orang China harus selalu dipegang dengan kuat di tangan kita sendiri, dan harus penuh terutama dari bulir padi (produksi) China."
Baca juga: Intel AS: China Ingin Trump Kalah Pemilu karena Tak Bisa Ditebak
Negeri 'Panda' itu membeli kedelai, jagung, kapas, dan babi dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS), adapun komentar itu muncul saat ketegangan meningkat dengan Washington atas segala hal mulai dari keamanan siber hingga persoalan Hong Kong.
Presiden AS Donald Trump baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melarang penduduk AS melakukan bisnis dengan aplikasi TikTok dan WeChat milik China mulai 45 hari dari sekarang.
China, adalah konsumen terbesar komoditas agrikultural, yang selalu swasembada beras, gandum serta sereal lain sambil mempertahankan 'volume yang sesuai' dari impor, menurut Han.
Baca juga: Kekurangan Bambu, Dua Panda di Kanada Tak Bisa Pulang ke China Akibat Covid-19
Bulan lalu, China memegang rekor dalam pembelian jumlah daging dan meningkatkan impor kedelai ke level tertinggi kedua sebagai upaya mengamankan pasokan.
Tulisan Menteri Han Changfu di media tersebut muncul sekitar seminggu sebelum peninjauan kesepakatan perdagangan fase satu dengan AS.
Meski China berkomitmen untuk menghormati perjanjian tersebut, pembelian produk pertanian selama paruh pertama tahun ini hanya sekitar 20 persen dari target pada 2020.
Baca juga: AS-China Kemungkinan akan Tinjau Ulang Kesepakatan Dagang