Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Pertanian China: Jika Anda Punya Cukup Bulir Padi, Anda Tidak Perlu Panik

Kompas.com - 08/08/2020, 10:30 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Bloomberg

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China menekankan pentingnya menjaga "mangkuk nasi" rakyat dari produksi dalam negerinya, di saat lahan pertanian menyusut, cuaca ekstrem dan biaya impor yang lebih murah.

"Jika Anda memiliki cukup bulir padi, Anda tidak perlu panik," tulis Menteri Pertanian Han Changfu dalam opininya yang dipublikasikan People’s Daily, Jumat (7/8/2020).

"Mangkuk nasi orang China harus selalu dipegang dengan kuat di tangan kita sendiri, dan harus penuh terutama dari bulir padi (produksi) China."

Baca juga: Intel AS: China Ingin Trump Kalah Pemilu karena Tak Bisa Ditebak

Negeri 'Panda' itu membeli kedelai, jagung, kapas, dan babi dalam jumlah besar dari Amerika Serikat (AS), adapun komentar itu muncul saat ketegangan meningkat dengan Washington atas segala hal mulai dari keamanan siber hingga persoalan Hong Kong.

Presiden AS Donald Trump baru saja menandatangani perintah eksekutif yang melarang penduduk AS melakukan bisnis dengan aplikasi TikTok dan WeChat milik China mulai 45 hari dari sekarang.

China, adalah konsumen terbesar komoditas agrikultural, yang selalu swasembada beras, gandum serta sereal lain sambil mempertahankan 'volume yang sesuai' dari impor, menurut Han.

Baca juga: Kekurangan Bambu, Dua Panda di Kanada Tak Bisa Pulang ke China Akibat Covid-19

Bulan lalu, China memegang rekor dalam pembelian jumlah daging dan meningkatkan impor kedelai ke level tertinggi kedua sebagai upaya mengamankan pasokan.

Tulisan Menteri Han Changfu di media tersebut muncul sekitar seminggu sebelum peninjauan kesepakatan perdagangan fase satu dengan AS.

Meski China berkomitmen untuk menghormati perjanjian tersebut, pembelian produk pertanian selama paruh pertama tahun ini hanya sekitar 20 persen dari target pada 2020.

Baca juga: AS-China Kemungkinan akan Tinjau Ulang Kesepakatan Dagang

Beijing telah berjanji untuk mengambil langkah-langkah ketat untuk mencegah penurunan lahan pertanian dan meningkatkan efisiensi karena menghadapi tantangan dari kekurangan air dan tenaga kerja yang kian meningkat.

Petani muda semakin banyak pindah ke kota dari pedesaan. Iklim yang berubah juga membawa cuaca ekstrem, seperti banjir, yang membahayakan panen tahunan.

Pemerintah China berencana meningkatkan varietas benih untuk hasil yang lebih baik dan memperluas penggunaan mesin dalam produksi bulir padi dan biji-bijian, demikian tulis Han.

Di antara berbagai langkah, China telah memberikan persetujuan keamanan untuk rekayasa genetika jagung yang dikembangkan di dalam negeri itu untuk pertama kalinya dalam 10 tahun, sebagai upaya meningkatkan keamanan pangan.

Baca juga: Trump Desak TikTok Dijual ke AS, China: Ini Manipulasi Politik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com