Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amonium Nitrat Diduga Tak Hanya Jadi Penyebab Ledakan di Beirut, Lebanon

Kompas.com - 06/08/2020, 14:46 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber CNN

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Bahan kimia amonium nitrat diyakini tidak hanya menjadi penyebab ledakan hebat yang mengguncang ibu kota Lebanon, Beirut.

Pernyataan itu disampaikan Robert Baer, mantan agen Badan Intelijen Pusat AS (CIA) yang mempunyai pengalaman di kawasan Timur Tengah.

Dia menjelaskan, berdasarkan video yang direkam warga setempat saat Selasa (4/8/2020), amonium nitrat memang berada dalam gudang.

Baca juga: Ledakan di Lebanon, Kenapa Amonium Nitrat 6 Tahun Disimpan di Beirut?

Tetapi seperti diberitakan CNN Rabu (5/8/2020), Baer tidak berpikir bahan kimia itu jadi penyebab utama ledakan yang membunuh 135 orang itu.

Berdasarkan laporan kantor berita Lebanon NNA, penyelidikan awal menyebut ledakan di Beirut karena pabrik petasan yang berlokasi di pelabuhan.

Namun, Perdana Menteri Hassan Diab kemudian menyatakan 2.750 metrik ton amonium nitrat disinyalir sebagai penyebab kuat insiden yang juga melukai 5.000 orang itu.

Bahan kimia itu dikategorikan berdaya ledak tinggi, dan sering dipergunakan tak hanya sebagai pupuk namun juga menjadi peledak.

PM Diab mengatakan, bahan tersebut disimpan di dalam gudang selama enam tahun terakhir tanpa dilakukan fasilitas pengamanan.

Baer menjelaskan, dia meyakini kemungkinan ada amunisi milik militer maupun bahan bakar yang turut memperbesar ledakan di Beirut.

Baca juga: Viral Foto Pekerja Mengelas Pintu Gudang Amonium Nitrat Sebelum Ledakan Lebanon

Dia bahkan menduga benda tersebut bisa jadi merupakan senjata yang disembunyikan. Tapi, dia mengaku tidak tahu milik siapa itu.

"Ini jelas peledak selevel militer. Ini bukan bahan untuk pupuk seperti amonium nitrat. Saya cukup yakin tentang itu," papar Baer.

Sang mantan agen CIA itu mendasarkan pendapatnya pada asap oranye yang membubung saat kejadian. "Itu, seperti yang saya katakan, bahan peledak militer," kata dia.

Baer mencatat, bubuk putih yang terlihat sebelum ledakan kedua terjadi merupakan amonium yang saat itu mulai terbakar.

Selain itu, dia juga melihat adanya munisi yang meletus jelang ledakan yang jauh lebih besar, dan menimbulkan kekuatan setara gempa bumi 3,3.

Baca juga: Ledakan di Lebanon akibat Amonium Nitrat, Apa Dampaknya bagi Kesehatan?

Tidak ada bukti serangan

Sementara meyakini amonium nitrat bukan menjadi penyebab utama, Baer menerangkan bahwa insiden tersebut bukan merupakan serangan.

Pemerintah sendiri menyalahkan mismanajemen dan buruknya penanganan bahan kimia sebagai faktor utama ledakan besar pada Selasa petang.

"Ini hampir pasti kecelakaan. Ini jelas inkompeten, dan yang lebih buruk, ditangani oleh otoritas yang korup," beber Baer.

Meski begitu, pertanyaan utamanya adalah apakah benar insiden itu disebabkan bahan tingkat militer. Jika ya, mengapa disimpan di sana.

"Saya bekerja di Lebanon selama bertahun-tahun. Tentu tak ada yang bakal mengakui mereka menyimpan peledak militer di gudang. Jelas bodoh jika mereka mengakuinya," jelasnya.

Baca juga: Citra Satelit Tunjukkan Gudang Berisi 2.750 Ton Amonium Nitrat yang Meledak, Lenyap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com