Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muslim Uighur Diduga di Kamp 'Re-Edukasi' Terancam Terjangkit Covid-19

Kompas.com - 29/07/2020, 11:17 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - China pada Selasa (28/7/2020) mencatat 68 kasus infeksi virus corona dengan sebagian besar kasus berada di Xinjiang, di mana 3 juta orang diyakini tengah ditahan di kamp-kamp 're-edukasi' pemerintah China.

Melansir Daily Mail, dari 68 kasus yang dilaporkan, 57 kasusnya berasal dari wilayah barat laut Xinjiang, di mana jutaan penduduk tengah dikurung secara ketat di ibu kota regional Urumqi.

Wilayah barat laut China telah berjuang melawan krisis wabah yang telah menginfeksi lebih dari 200 orang di sana, termasuk sejumlah etnis minoritas, demikian pernyataan Wakil Perdana Menteri Sun Chunlan.

Baca juga: Diminta untuk Hentikan Praktik Kerja Paksa Kaum Uighur, Ini Respon Nike dan Perusahaan Besar Lain

Wabah yang meningkat di Xinjiang itu memicu ketakutan penularan infeksi terhadap jutaan Muslim Uighur yang diyakini ditahan dalam kamp 're-edukasi' atau kamp 'pendidikan ulang'.

Dilansir The Guardian, menurut Dr Anna Hayes, seorang dosen senior di bidang politik dan hubungan internasional di Universitas James Cook, Australia mengatakan bahwa dia takut tidak transparannya China tentang wabah Covid-19 tidak akan menyelesaikan permasalahan.

"Perlakuan buruk dan penyiksaan yang mereka alami membuat para tahanan sangat rentan terhadap virus," kata Dolkun Isa, presiden Kongres Uighur Dunia, kelompok advokasi yang berbasis di Jerman, kepada The Telegraph.

Baca juga: Video Viral Diduga Genosida Uighur Beredar di Internet

Isa mengatakan, banyak "Muslim Uighur yang tewas karena kelalaian medis di kamp-kamp tersebut." Dia juga berharap agar China segera menutup fasilitas tersebut.

"Itu akan menjadi bencana kemanusiaan jika virus menyebar di dalam kamp," ujar Isa yang berharap semoga saja hal itu belum terjadi.

Ibu kota Xinjiang, Urumqi yang terdiri dari 3,5 juta orang melaporkan kasus infeksi Covid-19 pertamanya pada 16 Juli lalu.

Baca juga: Pelanggaran HAM Berat terhadap Uighur, Inggris: Itu Sangat Menyedihkan

Para ahli masih belum bisa mengonfirmasi asal muasal klaster terbaru Xinjiang yang sampai sekarang telah menginfeksi 235 orang.

Kebanyakan dari pasien yang terinfeksi mengatakan berasal dari etnis minortias, ujar Sun Chunlan, tanpa menyebut etnis atau warga mana secara spesifik.

Sementara itu, kekhawatiran internasional terhadap para Muslim Uighur yang berada di kamp 're-edukasi' China juga meningkat akibat sebuah video yang diduga menunjukkan genosida terhadap etnis minoritas tersebut.

Sebuah video yang diduga peristiwa genosida terhadap kelompok etnik Uighur beredar di internet.

Baca juga: Tekan Populasi Uighur, China Paksakan Aborsi, Sterilisasi, dan Program KB

 

Dalam rekaman tersebut, tampak para tahanan dengan seragam berwarna biru duduk berbaris dan dibelenggu rantai.

Rambut mereka terlihat habis dicukur dengan mata ditutup. Mereka diperiksa satu per satu oleh petugas. Setelah diperiksa, para tahanan tersebut dibawa pergi dari sebuah tempat yang disinyalir ada di wilayah Xinjiang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Rusia Bergeser ke Arah Ekonomi Perang, AS Mulai Siapkan Sanksi Khusus

Global
WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

WHO Beri Peringatan Keras, Serangan Israel ke Rafah Bisa Hancurkan Rumah Sakit Terakhir

Global
Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Korsel Sebut Korea Utara Terbangkan Balon Isi Sampah dan Kotoran ke Perbatasan

Global
Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Terkait Berita Presiden Lai Dikecam Publik, Berikut Klarifikasi Kantor Perwakilan Taiwan di Indonesia

Global
Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Kredibilitas Biden Dipertanyakan Setelah Serangan Brutal Israel ke Rafah

Global
Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Melihat Dampak dari Mengakui Palestina sebagai Negara

Internasional
Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Israel Klaim Senjatanya Sendiri Tak Mungkin Picu Kebakaran Besar yang Tewaskan 45 Orang di Rafah

Global
Bagaimana Rencana 'The Day After' Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Bagaimana Rencana "The Day After" Bisa Bantu Mengakhiri Perang di Gaza

Internasional
Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Jelang Pemilu, Meksiko Akan Kerahkan 27.000 Tentara dan Garda Nasional

Global
Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis 'Habisi Mereka' di Rudal Israel...

Saat Politikus AS Nikki Haley Tulis "Habisi Mereka" di Rudal Israel...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com