Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rencanakan Pertemuan dengan Korut, Wali Kota Seoul Hilang secara Misterius

Kompas.com - 09/07/2020, 20:27 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber The Sun

SEOUL, KOMPAS.com - Wali Kota Seoul, Korea Selatan, Park Won-soon, dilaporkan menghilang secara misterius, di mana sempat merencanakan pertemuan dengan Korea Utara (Korut).

Ponselnya disebut langsung dimatikan ketika dilaporkan hilang pada Kamis (9/7/2020), pukul 17.17 waktu setempat, setelah memberi pesan kepada anaknya.

Putri Park dalam laporan polisi mengatakan, ayahnya meninggalkan rumah sekitar 4-5 jam lalu setelah meninggalkan pesan "yang mirip wasiat".

Baca juga: Seoul: Kim Jong Un Menghilang Lagi...

Berdasarkan keterangan Kepolisian Seoul, mereka menggelar pencarian di kawasan Sungbuk, di mana kali terakhir sinyal ponselnya terlacak.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap memberitakan, aparat mengerahkan drone hingga anjing polisi ke bagian utara untuk mencari sang wali kota.

Selain itu sebagaimana diberitakan The Sun, polisi juga berjaga di depan rumah Park Won-soon untuk berjaga jika dia terlihat di sana.

Kabar itu terjadi beberapa hari setelah Park, aktivis sipil veteran dan pengacara HAM, mengusulkan pertemuan dengan Korut.

Dia menawarkan agenda perundingan dengan pejabat negara komunis tersebut untuk membentuk respons gabungan guna menghadapi virus corona.

Pejabat dari Pemerintah Metropolitan Seoul, Kim Ji-hyeong, mengungkapkan bahwa pejabat berusia 64 tahun itu juga tak terlihat batang hidungnya.

Dia tidak menjelaskan detilnya, tapi dampaknya, semua agenda Park dibatalkan. termasuk pertemuan dengan pemerintah pusat di balai kota.

Baca juga: Calon Suami Menghilang Saat DP Biaya Nikah Sudah Dibayar, Dwi Lapor Polisi

Park pertama kali terpilih sebagai Wali Kota Seoul pada 2011, dan menjadi wali kota pertaam yang menang untuk kali ketiga di Juni 2019.

Dia dianggap sebagai kandidat ideal Presiden Korea Selatan, karena dia adalah anggota dari Partai Demokratik, yang dipimpin Presiden Moon Jae-in.

Meski menjadi pejabat publik, dia tidak lupa menjalankan perannya sebagai aktivis. Membuat Park tidak disenangi oleh sejumlah pihak.

Dia merupakan kelompok pengkritik ketimpangan sosial dan ekonomi yang diderita Korsel, sekaligus korupsi antara perusahaan besar dan politisi.

Selama menjabat di periode pertama dan kedua, Park menempatkan dirinya sebagai sosok kuat yang menentang mantan Presiden Park Geun-hye.

Dia secara terbuka mendukung jutaan orang yang tumpah ruah di jalanan ibu kota pada medio 2016 dan 2017, buntut skandal korupsi sang presiden.

Pada akhirnya, Park Geun-hye saat ini lengser dan harus mendekam lama di penjara atas dakwaan penyuapan dan tindak kejahatan lainnya.

Baca juga: Beragam Rumor Kim Jong Un, dari Isu Kembaran hingga Sengaja Menghilang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Global
Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Internasional
Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Pasca Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Global
Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Global
Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Global
Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Global
Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Polandia Minta Barat Izinkan Ukraina Pakai Senjata Pasokan untuk Serang Wilayah Rusia

Global
Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Ikuti Rusia, Belarus Tangguhkan Partisipasi di Perjanjian Pasukan Konvensional Eropa

Global
 Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Temuan Terbaru Penyelidikan Insiden Turbulensi Parah Singapore Airlines

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com