Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapak Bunuh Anak Gadis 14 Tahun karena Hendak Menikah, Publik Iran Marah Besar

Kompas.com - 28/05/2020, 10:46 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

HOVIGH, KOMPAS.com - Polisi di Iran telah menangkap seorang ayah yang dituduh membunuh putrinya karena hendak menikah dengan pria 35 tahun.

Pembunuhan gadis 14 tahun itu langsung memicu kemarahan besar secara luas di kalangan publik Iran.

Romina Ashrafi melarikan diri dari rumah di provinsi Gilan dengan pacarnya, karena ayahnya keberatan dengan pernikahan mereka.

Sepasang kekasih itu ditemukan oleh polisi. Romina lalu dipulangkan ke rumah, meski dia mengatakan nyawanya terancam jika pulang.

Baca juga: Jatuh Cinta dengan Pria 35 Tahun, Remaja Ini Dibunuh Ayahnya Secara Brutal

Kemudian Kamis malam (21/5/2020) dia diduga dibunuh oleh ayahnya sendiri saat sedang tidur di kamar.

Kantor berita Gilkhabar.ir melaporkan, Romina "dipenggal" dengan sabit lalu ayahnya berjalan ke luar rumah bersama sabit itu dan mengakui perbuatannya.

Lalu pada Rabu (27/5/2020) sejumlah surat kabar nasional Iran menempatkan kasus pembunuhan Romina di halaman depan.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Gadis Iran Dibunuh Ayahnya Secara Brutal | Covid-19 Tewaskan Pembunuh Terkenal

"Rumah ayah tidak aman," tulis judul sebuah headline di Ebtkar, media pro-reformasi. Media itu menyoroti kegagalan undang-undang yang ada untuk melindungi perempuan dan anak perempuan.

Sementara itu tagar #Romina_Ashrafi dengan aksara Persia telah dipakai lebih dari 50.000 kali di Twitter.

Sebagian besar mengecam pembunuhan dan sifat patriarki masyarakat Iran secara umum.

Baca juga: Ali Khamenei untuk Pertama Kalinya Mengonfirmasi Iran Persenjatai Pejuang Palestina

Shahindokht Molaverdi, mantan wakil presiden untuk urusan wanita dan keluarga, yang sekarang menjadi pejabat Perlindungan Hak-hak Wanita Iran menulis, "Romina bukanlah yang pertama dan juga tidak akan menjadi korban terakhir pembunuhan demi kehormatan (honor killings)."

Dia menyebutkan, pembunuhan semacam itu akan berlanjut, "selama hukum dan budaya dominan di masyarakat lokal dan global tidak cukup menghalangi."

Dilansir dari BBC Rabu (27/5/2020), hukum pidana Islam di Iran mengurangi hukuman bagi ayah dan anggota keluarga lainnya yang dihukum karena pembunuhan, atau secara fisik melukai anak-anak dalam kekerasan rumah tangga, atau honor killings.

Baca juga: Unggah Foto Berciuman di Atap, Atlet Parkour Iran Ditangkap

Apa itu honor killings?

Ini adalah istilah untuk menyebut pembunuhan anggota keluarga yang dianggap telah memalukan kerabat.

Human Rights Watch mengatakan, motif paling umum dalam honor killings karena korban:

  • Menolak pernikahan yang sudah diatur
  • Korban kekerasan seksual atau pemerkosaan
  • Melakukan hubungan seksual di luar nikah, bahkan jika hanya dugaan

Akan tetapi pembunuhan juga bisa dilakukan karena alasan yang lebih sepele, seperti berpakaian dengan cara yang dianggap tidak pantas, atau menunjukkan perilaku yang dianggap tidak taat.

Jika seorang pria di Iran dinyatakan bersalah membunuh putrinya, hukumannya antara 3-10 tahun penjara, alih-alih hukuman mati atau pembayaran diyeh (uang darah).

Tidak ada angka resmi tentang jumlah honor killings di Iran, tetapi aktivis HAM tahun lalu melaporkan kasus ini terus terjadi, terutama di antara populasi pedesaan dan suku, menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.

Baca juga: Insiden Kapal Perang Iran Salah Tembak Teman Sendiri, 19 Pelaut Tewas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Arab Saudi Setop Keluarkan Izin Umrah untuk Berlaku Sebulan

Global
Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Kerusuhan dan Kekerasan Terjadi di Kaledonia Baru, Apa yang Terjadi?

Global
[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

[POPULER GLOBAL] 20 Penumpang Singapore Airlines di ICU | Israel Kian Dikucilkan

Global
 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com