KOMPAS.com - Wali kota di Peru dilaporkan pura-pura mati setelah ketahuan melanggar aturan mencegah virus corona, dengan minum-minum bersama temannya.
Polisi menerangkan, sang wali kota ditangkap karena sudah melanggar jam malam untuk mencegah virus corona, dilansir Daily Mail Kamis (21/5/2020).
Baca juga: Dituding Trump Lakukan Pembunuhan Massal, Ini Jawaban China
Sementara itu di Singapura, kritik "kejam dan tidak manusiawi" menerpa pengadilan karena menjatuhkan vonis hukuman mati lewat konferensi video Zoom.
Hukuman mati ini diberikan kepada seorang pengedar narkoba asal Malaysia, Punithan Genasan (37).
Baca juga: Ibu Ini Susui Anaknya Sampai Usia 8 Tahun
Kedua berita tersebut dapat Anda baca selengkapnya di kumpulan berita terpopuler kanal global sepanjang Kamis (21/5/2020) hingga Jumat (22/5/2020).
Jamie Rolando Urbina Torres berbaring di peti mati sambil mengenakan masker saat hendak ditangkap di Tantara Senin malam (18/5/2020).
Saat itu, Urbina Torres ketahuan tengah minum-minum dengan temannya. Bahkan, si pejabat publik mabuk saat penegak hukum mendatanginya.
Lantas bagaimana kelanjutan dari kejadian menggelitik ini? Anda bisa membaca selengkapnya di sini.
Perawat di Rusia yang viral karena fotonya hanya mengenakan bikini di balik Alat Pelindung Diri (APD) disebut syok dan takut kehilangan pekerjaan.
Kolega, dokter, dan politisi membelanya di mana mereka menuding petinggi di rumah sakit Tula gagal menyediakan pelindung untuk merawat pasien virus corona.
Mereka menyatakan, perawat itu tidak mendapatkan pakaian pantas untuk dipakai di balik APD, yang disebut terlalu tipis untuk menangkalnya dari virus.
Kelanjutan dari kasus perawat yang mengenakan bikini di balik APD transparan ini dapat Anda baca selengkapnya di sini.
Buku harian seorang penulis yang mendokumentasikan kehidupannya di Wuhan pada hari-hari awal wabah virus corona kini telah diterjemahkan ke bahasa Inggris.
Fang Fang, yang berusia 65 tahun, semula menuliskan pengalamannya awal Januari lalu melalui online, saat wabah itu masih diyakini sebagai krisis lokal.
Buku harian itu semula banyak dibaca orang lantaran memberikan sekilas gambaran kepada jutaan orang di China tentang sebuah kota, tempat virus itu pertama kali muncul.