Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jepang Akan Cabut Darurat Nasional Virus Corona di Sebagian Besar Wilayah

Kompas.com - 14/05/2020, 11:54 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

TOKYO, KOMPAS.com - Pemerintah Jepang pada Kamis (14/5/2020) mengatakan, akan mencabut keadaan darurat nasional virus corona di sebagian besar wilayah.

Meski begitu sebagaimana dilaporkan kantor berita AFP, pencabutan ini tidak termasuk bagi ibu kota Tokyo dan kota-kota pusat lainnya.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe awal bulan ini telah memperpanjang keadaan darurat nasional virus corona sampai akhir Mei.

Akan tetapi dengan jumlah kasus yang menurun tajam, pemerintahan Abe akan mencabut ketetapan itu hingga di 39 dari 47 prefektur.

Baca juga: Covid-19, Jepang Akan Cabut Keadaan Darurat di Wilayah yang Sudah Aman

Pada Kamis pagi, menteri penanganan Covid-19 Jepang Yasutoshi Nishimura, mengadakan pembicaraan dengan panel ahli tentang langkah pertama dalam proses pencabutan ini.

"Kami telah mengonfirmasi kasus baru turun di bawah level pertengahan Maret ketika infeksi mulai menyebar," terangnya.

"Mempertimbangkan perawatan medis (sudah stabil) dan sistem pemantauan di wilayah ini, kami pikir layak untuk mencabut keadaan darurat untuk mereka," kata Nishimura merujuk ke 39 prefektur.

Baca juga: Jepang Setujui Remdesivir Dipakai sebagai Obat Virus Corona

Menurut media lokal, keadaan darurat nasional virus corona akan tetap diberlakukan di 8 wilayah termasuk Tokyo dan Osaka, tapi akan ditinjau lagi pada 21 Mei. Ini meningkatkan prospek peraturan itu bisa dicabut sebelum akhir bulan.

Abe dijadwalkan mengadakan konferensi pers pada Kamis malam untuk menjelaskan langkah-langkah pencabutan darurat nasional.

Keadaan darurat nasional di Jepang berbeda dengan lockdown yang diterapkan di Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Di peraturan ini gubernur hanya dapat mendesak warganya, bukan memerintahkan, untuk tetap di rumah dan menutup bisnisnya. Namun bagi pelanggar tidak ada hukuman karena aturan ini tidak dilandasi hukum formal.

Baca juga: Bukan Lockdown, Inilah Gambaran Lengkap Darurat Nasional di Jepang

Sekolah-sekolah di sebagian besar Jepang telah ditutup sebelum keadaan darurat nasional diumumkan pada 7 April di Tokyo dan 6 wilayah lainnya, yang kemudian diperluas secara nasional.

Jumlah kasus Covid-19 di Jepang terhitung tidak sebanyak negara-negara lainnya seperti di Eropa dan AS, dengan lebih dari 16.000 kasus dan 687 kematian.

Jumlah kasus baru menurun akhir-akhir ini, dengan 55 kasus baru secara nasional pada Rabu (13/5/2020) yang 10 di antaranya ditemukan di Tokyo.

Baca juga: Avigan Segera Disetujui Jadi Obat Covid-19 di Jepang

Kasus pertama virus corona di Jepang tercatat pada pertengahan Januari, yang disertai tekanan besar karena wabah turut menyebar di kapal pesiar Diamond Princess.

Meski dampaknya sekarang tidak separah Italia dan New York, ada kekhawatiran sistem kesehatan Jepang akan cepat kewalahan jika kasusnya melonjak drastis.

Baca juga: Covid-19 di Jepang, Warga Ngeyel Pakaikan Masker di Patung Hachiko

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com