Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Tiwul Khas Jawa, Makanan Pengganti Nasi karena Harga Beras Mahal

Kompas.com - 12/08/2020, 09:09 WIB
Syifa Nuri Khairunnisa,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi


KOMPAS.com – Tiwul adalah salah satu makanan tradisional khas Jawa yang biasa disebut sebagai jajanan pasar. Selain tiwul, ada pula lupis, gatot, dan cenil yang jadi bagian dari jajanan pasar.

Baca juga: Bedanya Tepung Beras dengan Tepung Ketan, Buat Kamu yang Mau Bikin Jajanan Pasar

Jajanan pasar dalam istilah Bahasa Jawa disebut “nyamikan”. Heri Priyatmoko, sejarawan sekaligus pengajar program studi sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengatakan bahwa jajanan pasar telah lama berada di Jawa.

Sebelum dikenal sebagai jajanan, tiwul atau thiwul sebenarnya adalah makanan pokok pengganti nasi beras yang biasa dikonsumsi jadi makanan sehari-hari oleh masyarakat Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, dan Blitar.

“Tiwul yang berbahan baku singkong dijadikan pengganti nasi ketika harga beras tidak terbeli oleh masyarakat pada era penjajahan Jepang tahun 1960-an,” kata Heri pada Kompas.com Rabu (4/9/2019).

Tiwul dibuat dari singkong yang dijemur sampai kering atau yang biasa disebut gaplek. Gaplek ini kemudian ditumbuh hingga halus kemudian dikukus hingga matang.

Nasi tiwul, jangan ndeso, tongseng sapiKOMPAS/DWI AS SETIANINGSIH Nasi tiwul, jangan ndeso, tongseng sapi

Makanan di daerah tandus

Tiwul juga identik dengan santapan harian warga miskin di daerah tandus. Tiwul jadi salah satu cara masyarakat untuk mempertahankan diri dari ancaman kelaparan ketika musim kemarau berkepanjangan.

Namun tak hanya dimakan saat musim kemarau, di tempat seperti Dusun Kalisonggo, tiwul bisa dimakan sepanjang tahun.

Tiwul saja atau tiwul yang dicampur beras disantap dengan lauk ikan asin bakar, sambal bawang, sayur daun singkong, atau bayam hasil kebun sendiri.

Tiwul sering jadi pengganti beras di daerah rawan kekeringan seperti di Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri karena bisa menghemat pengeluaran daripada membeli beras.

Sementara jika harus menanam padi, kondisi lingkungan terlalu kering sehingga tak memungkinkan.

Saat ini, tiwul lebih populer sebagai camilan yang disajikan dengan parutan kelapa dan siraman gula merah.

Tak itu saja, ada banyak variasi penyajian tiwul dan aneka bahan pelengkap yang bisa ditambahkan. Mulai dari ketan hitam, jagung rebus pipilan, sampai singkong rebus yang diserut.

Warsem (45), salah satu warga Dusun Wanarta, Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah menjemur singkong sebagai bahan dasar tiwul dan oyek, Minggu (5/8/2018).KOMPAS.com/Iqbal Fahmi Warsem (45), salah satu warga Dusun Wanarta, Desa Kalitapen, Kecamatan Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah menjemur singkong sebagai bahan dasar tiwul dan oyek, Minggu (5/8/2018).

Kandungan gizi tiwul

Tiwul bisa jadi pengganti nasi karena kandungan karbohidrat tiwul tak kalah dari beras sehingga bisa menggantikan beras sepenuhnya.

“Beras punya kandungan lain selain karbohidrat, seperti vitamin B1. Namun, makan beragam jenis pangan, bukan hanya satu macam makanan lebih baik bagi tubuh kita.

Misalnya, tidak selalu makan nasi, tetapi bisa diganti dengan singkong atau jagung,” kata Kepala Program Studi Agribisnis Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Solo Kusnandar.

Maka dari itu tiwul perlu dilengkapi dengan lauk-pauk dan sayur lain yang bergizi, yang bisa bersumber dari pangan lokal.

Sayangnya, tiwul dan aneka pangan lokal lain yang bisa jadi alternatif pengganti beras seperti sagu dan jagung, seringkali dipersepsikan salah sebagai pangan orang yang kekurangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com