Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti BRIN: Masyarakat Tionghoa Banyak Partisipasi dalam Hal Budaya dan Agama

Kompas.com - 21/04/2024, 21:33 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Peneliti dari Pusat Penelitian Kewilayahan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Saiful Hakam mengaku, partisipasi etnik Tionghoa dalam bisnis dan ekonomi di Indonesia telah berlangsung sejak lama.

Bahkan, mereka bukan saja sebagai pebisnis perantara pada era penjajahan, tapi juga sebagai pengusaha nasional yang bekerja sama dengan berbagai investor mancanegara dalam membangun kembali Indonesia pada periode awal pemerintahan orde baru (orba).

Baca juga: 4 Tips Sukses Ajukan Proposal Penelitian ke BRIN, Pendaftar Wajib Tahu

"Mereka etnik Tionghoa juga sudah menjadi bagian utuh bangsa Indonesia juga berlangsung dalam ranah pribadi, salah satunya dalam hal keagamaan dan budaya," kata dia dalam keterangan resminya, Sabtu (20/4/2024).

Tak lupa, kata dia, keputusan sebagian masyarakat etnik Tionghoa di Indonesia untuk memeluk agama Islam merupakan salah satu dari sekian banyak contoh yang memperlihatkan bagaimana kelompok etnik ini telah dan terus-menerus bergulat untuk menjadi bangsa Indonesia seutuhnya.

Pria yang juga jadi dosen tidak tetap pada Prodi Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) ini mengaku, proses pergulatan orang Tionghoa menjadi Indonesia telah berlangsung sejak masa lampau, termasuk di sepanjang era pemerintahan rezim orde baru, ketika negara memberlakukan pembatasan terhadap perayaan identitas dan budaya Tionghoa.

Namun proses pergulatan itu tetap berlangsung pada masa kini, masa di mana masyarakat etnik Tionghoa memperoleh kebebasan mengekspresikan identitas dan budaya mereka, seiring dengan makin menguatnya atmosfir demokrasi di negeri ini.

Sebagai sejarahwan, Hakam menempatkan proses perpindahan agama di kalangan orang-orang Tionghoa di Indonesia dalam konteks kegalauan dan kebingungan mereka mengenai bagaimana bertransformasi menjadi bangsa Indonesia yang utuh pasca berdirinya republik, tepatnya sejak sekitar tahun 1950-an.

Bagi sementara tokoh Tionghoa yang hidup antara periode awal kemerdekaan Indonesia hingga sekitar tahun 1970-an, menjadi muslim dianggap sebagai jawaban bagi pertanyaan mengenai bagaimana menjadi bangsa Indonesia secara utuh.

Namun dalam pandangan alumnus Universitas Gajah Mada (UGM) itu, terdapat perbedaan yang kontras antara situasi pada masa lalu, khususnya pada zaman pemerintahan orba dengan situasi di era sekarang ini.

Baca juga: Dubes Somalia Angkat Diplomasi Budaya lewat Pendidikan di Ambassador Lecture PresUniv

"Pada zaman orba, budaya dan identitas Tionghoa dilarang. Oleh karenanya orang Tionghoa yang memeluk agama Islam harus melepaskan dan meninggalkan ketionghoaan mereka," jelas Hakam.

"Sedangkan pada masa kini, Tionghoa dapat menjadi Muslim walau tetap mempertahankan budaya dan identitas Tionghoanya," tambah dia.

Dosen Program Magister Ilmu Komunikasi UPH, Johanes Herlijanto menambahkan, partisipasi Tionghoa muslim sudah terlihat sejak lama, salah satunya pendakwah muslim Tionghoa di Masjid Lautze.

Para Tionghoa muslim, sebut dia, membangun berbagai masjid yang mengandung ciri arsitektur Tionghoa.

"Di ruang itulah orang-orang dari berbagai etnik, baik muslim ataupun non-muslim, berinteraksi," kata Johanes yang juga Ketua FSI itu.

Proses adaptasi menjadikan masyarakat Tionghoa Muslim sebagai sebuah kelompok masyarakat yang unik, dengan kharakteristik unik yang tak lagi dapat dijumpai di daratan Tiongkok.

Baca juga: Kemendikbud: Dana Indonesiana Perkuat Ekosistem Kebudayaan

Dengan kata lain, para Tionghoa Muslim, sama seperti masyarakat Tionghoa Indonesia yang lain adalah bagian dari bangsa Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com