Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tagar Jangan Jadi Dosen, Pakar Unair: Ada Kesenjangan Kebijakan Upah

Kompas.com - 05/03/2024, 10:25 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Belum lama ini muncul tagar #JanganJadiDosen yang ramai di media sosial X (Twitter).

Tagar tersebut menjadi ungkapan realita upah dan kesejahteraan dosen. Munculnya tagar itu bermula dari cuitan warganet tentang minimnya gaji dosen yang tidak sesuai dengan beratnya beban kerja.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Kebijakan Publik Universitas Airlangga (Unair), Gitadi Tegas Supramudyo memberikan pendapatnya. Menurutnya, pemerintah perlu menetapkan standar kebijakan upah dosen yang lebih optimal.

"Saya rasa perlu ada standar kebijakan. Kita perlu kembali ke grand design pendidikan Indonesia yang belakangan ini terus berubah," terang Gitadi seperti dikutip dari laman Unair, Selasa (5/3/2024).

Baca juga: 13 Kali Gagal Masuk Kedokteran, Roy Kini Jadi Lulusan Berprestasi FK Unair

Masalah kebijakan upah dosen

Gitadi mengungkapkan, terdapat kesenjangan signifikan pada kebijakan upah dosen di Indonesia.

Permasalahan ini muncul sebagai akibat dari kebijakan negara terkait keuangan dan pendidikan yang masih belum optimal.

"Saya rasa ini terkait dengan kebijakan negara khususnya pendidikan. Di sisi lain juga tuntutan ekonomi. Dulu, lulusan terbaik itu biasanya menjadi dosen, sekarang lebih memilih bekerja di bidang lain yang tunjangan atau gajinya juga lebih baik," ungkap Gitadi.

Sistem pendidikan, lanjut Gitadi, yang dinamis juga menjadi salah satu pemicu permasalahan ini.

Orientasi lulusan sarjana dan diploma yang berubah juga berpengaruh pada profesi dosen, baik dari aspek kualitas maupun kebijakan yang menaunginya.

"Kalau dulu itu pembagiannya yang orientasi pekerjaan itu diploma, kalau pengembangan ilmu sarjana sampai doktor. Dan ini sekarang sudah berubah, semua kaitannya dengan pekerjaan. Perubahan ini secara langsung maupun tidak berdampak pada profesi dosen," beber Gitadi.

Baca juga: 30 Sekolah Kedinasan yang Langsung Jadi PNS, Siap-siap Daftar

Dampak pendidikan dan solusinya

Salah satu dampak minimnya upah adalah bahwa para dosen terkadang harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya, kualitas pengajaran mengalami penurunan.

"Di Indonesia ini kebutuhan fisik masih menjadi yang utama. Memang menjadi dosen itu pilihan, tapi dalam praktiknya orang indonesia bisa dari sumber lain karena untuk memenuhi kebutuhan," imbuh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair itu.

Sementara itu, dampak jangka panjangnya, akan terjadi penurunan minat generasi muda untuk menjadi dosen di masa mendatang.

Di sisi lain, kualitas dosen juga terprediksi akan mengalami penurunan sebab dosen tidak lagi menjadi profesi yang banyak digandrungi.

"Sekarang ini yang terjadi adalah menurunnya tingkat kompetisi menjadi dosen. Selama kebijakan yang ada masih seperti ini maka penurunan ini akan terjadi," paparnya.

Menurut Gitadi, sebagai solusinya, pemerintah melalui kementerian terkait seharusnya kembali pada grand design awal pendidikan Indonesia.

Pemerintah perlu memberikan standar yang lebih jelas terkait rekrutmen dan penetapan gaji dosen melalui klasterisasi.

"Yang terpenting bagi saya yaitu terkait dengan kebijakan negara tentang kualitas pendidikan Indonesia. Jadi, pemerintah sekali lagi perlu kembali pada grand design pendidikan kita dan memberi penghargaan bagi mereka yang terpanggil jadi dosen," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com