Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fesyen dari Limbah Masker Ini Buatan Dosen dan Mahasiswa Polimedia

Kompas.com - 27/10/2023, 06:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Dosen dan mahasiswa Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) Jakarta membuat inovasi fesyen dari limbah masker bekas.

Dilansir dari laman Dijen Pendidikan Vokasi Kemendikbud Ristek, Selasa (24/10/2023), kreasi fesyen itu dirancang oleh Nursyahbani Setia Dewi dan dosen pembimbingnya.

Tak hanya baju saja, tetapi inovasinya itu juga menghasilkan aneka aksesoris, seperti anting, kalung, dan sebagainya.

Sebagai hasil pembelajaran, inovasi baju dari limbah masker ini berhasil mencuri perhatian di ajang Trade Expo Indonesia (TEI) 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten pekan lalu.

Baca juga: Radio Antik Inovasi SMKN 5 Malang Ini Sudah Berteknologi Modern

Menurut Nursyahbani, atau biasa disapa Bani, ide pembuatan busana dari limbah masker bekas ini bermula dari banyaknya limbah masker pascapandemi Covid-19.

Meskipun sudah tidak lagi pandemi, masyarakat saat ini banyak yang mengenakan masker untuk keseharian mereka. Kondisi tersebut menyebabkan limbah masker yang cukup banyak di masyarakat.

"Dari sinilah kami mencoba berinovasi dengan memanfaatkan limbah masker yang selama ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat," kata Bani.

Dijelaskan bahwa semua jenis masker bisa dibuat busana hingga semua bagian-bagiannya dapat dimanfaatkan. Seperti bagian tali sampai besi pengait pada masker juga bisa dimanfaatkan.

"Besi kawat pengaitnya bisa untuk membuat kerajinan tangan seperti kalung, anting dan lain-lain. Sementara tali masker itu bisa dirajut menjadi tas atau sarung botol," jelas dia.

Adapun proses pembuatan baju dari limbah masker ini harus melalui sejumlah tahapan. Dimulai dari limbah masker harus melalui tahap sterilisasi untuk kemudian dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.

Untuk proses sterilisasi dan pengeringan ini biasanya memakan waktu sekitar satu minggu. Kemudian semua bagian dipisahkan.

Sedang bahan masker kemudian dihancurkan dengan mesin ekstruder. Masker yang sudah dihancurkan hingga berbentuk serbuk atau bubuk ini kemudian di tata di atas aluminium foil yang kemudian dipres dengan mesin pres.

"Mengapa harus menggunakan aluminium foil? Ini agar bisa menghantarkan panas sehingga bentuk akhir yang kita dapatkan adalah benar-benar berupa lembaran kain yang siap digunakan," tutur Bani yang merupakan mahasiswa Jurusan Desain Mode.

Namun untuk membuat baju, limbah masker yang digunakan tidak terlalu banyak. Sebab, penggunaan limbah masker ini masih lebih pada pemanfaatan untuk membuat motif pada busana saja.

Baca juga: Ini Boneka Berbasis IoT untuk Terapi Wicara Anak Inovasi Mahasiswa Itera

"Untuk sementara kami hanya bisa menerima pesanan saja. Jadi, kalau ada yang pesan baru akan dibuatkan," tandas Bani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com