Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UMM: Begini Cara Olah Mi Instan agar Tak Berbahaya bagi Tubuh

Kompas.com - 20/05/2023, 15:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Di Indonesia, mi instan sangat populer dan jadi salah satu makanan yang digemari masyarakat. Tak hanya orang dewasa, tapi anak-anak juga banyak yang suka mi instan.

Hal itu karena selain mudah dalam mengolahnya, mi instan juga punya banyak varian rasa serta harga yang terjangkau.

Hanya saja, apakah mengonsumsi mi instan akan berdampak kurang baik bagi tubuh? Apakah bisa membahayakan diri?

Terkait hal itu, Dosen Ilmu Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Devi Dwi Siskawardani, S.TP., M.Sc., memberikan penjelasannya.

Baca juga: Dosen UMM: Harusnya Seperti Ini Perbaikan Jalan yang Tepat

Jangan konsumsi terlalu banyak

Menurut dia, ada beberapa hal yang harus diwaspadai saat mengonsumsi mi instan. Apalagi jika sampai mengonsumsi terlalu banyak.

"Banyak orang Indonesia yang mengonsumsi mi instan dicampur dengan nasi. Padahal cara itu membahayakan kesehatan karena bahan baku mi instan tinggi akan karbohidrat dan gula," ujarnya dikutip dari laman UMM, Rabu (17/5/2023).

"Mengonsumsinya terlalu banyak akan meningkatkan risiko beberapa penyakit seperti tekanan darah tinggi, diabetes, sakit kepala, gangguan hati, bahkan obesitas," imbuh dia.

Tak hanya itu saja, dalam bumbu mi instan juga mengandung monosodium glutamat (MSG) yang tinggi. Jika dikonsumsi berlebihan, tentunya akan menyebabkan penyakit pada tubuh.

Untuk itulah ia menyarankan agar masyarakat tidak menuang semua bumbunya. Hanya sebagian saja, kemudian menambahkan bumbu-bumbu alami.

Baca juga: Dosen UMM: Penghapusan Calistung Masuk SD Jadi Hal yang Baik

Bumbu alami itu bisa dengan bawang-bawangan. Kemudian bisa menambah sayuran serta daging agar dapat memenuhi kebutuhan gizi.

Air rebusan pertama sebaiknya dibuang

Ia juga menyarankan saat mengolah mi instan, air rebusan pertama sebaiknya dibuang. Utamanya untuk mi rebus. Ia melarang untuk mencampurkan air rebusan langsung dengan bumbu.

"Tentu ada alasan kenapa saya mengimbau hal ini. Yakni agar kandungan bahan kimia pada mi instan tidak masuk ke dalam tubuh, tapi dibuang. Instensitas konsumsi mi juga tidak boleh terlalu sering. Maksimal dua kali dalam seminggu," jelasnya.

Devi juga menyebut beberapa inovasi makanan, termasuk mi instan yang lebih sehat. Yakni dengan mengurangi kadar dari bahan kimia tertentu.

Misalnya jumlah kalorinya yang lebih rendah, tidak memakai MSG hingga menggunakan pewarna alami dengan memanfaatkan sayuran ataupun buah-buahan.

Walaupun diklaim sehat, konsumsinya juga harus disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

Saat ini inovasi pembuatan mi instan sangat beragam. Ada yang dibuat dari umbi-umbian, tahu, dan lain sebagainya.

Baca juga: Dosen Fikes UMM: Nasi Dimasak Magic Com Tidak Bahaya

"Adapula mi instan berbahan baku daun kelor yang bertujuan menghasilkan antioksidan," tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com